Mensos Kukuhkan 430 Lulusan Sebagai Pekerja Sosial Profesional

Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung menyelenggarakan Sidang Senat Terbuka Wisuda Program Magister Terapan dan Program Sarjana Terapan Tahun 2025 dengan suasana khidmat dan penuh makna.

Acara istimewa ini dihadiri langsung oleh Menteri Sosial Republik Indonesia, Saifullah Yusuf (Gus Ipul) bersama Wakil Menteri Sosial, Agus Jabo Priyono, yang bertindak sebagai pimpinan senat dalam mengukuhkan secara resmi 430 wisudawan/wisudawati. Jumlah tersebut terdiri atas 17 orang lulusan Program Magister Terapan, serta 413 orang lulusan Program Sarjana Terapan dengan rincian: Prodi Pekerjaan Sosial sebanyak 257 orang, Prodi Rehabilitasi Sosial sebanyak 80 orang, dan Prodi Perlindungan serta Pemberdayaan Sosial sebanyak 76 orang.

Hadir pula Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA sebagai Orator Ilmiah. Dalam orasinya, beliau menekankan pentingnya pengembangan strategi penanggulangan kemiskinan yang diwujudkan melalui inovasi dan dukungan konkret. Salah satu bentuk nyata yang ditekankan adalah penyelenggaraan Sekolah Rakyat sebagai sarana pendidikan alternatif dan pemberdayaan masyarakat, yang diharapkan mampu menekan angka kemiskinan serta memperkuat kesejahteraan sosial.

Dalam sambutannya, Menteri Sosial Saifullah Yusuf menyampaikan rasa bangga sekaligus pesan penting kepada para lulusan. “Hari ini, saudara-saudara telah resmi menjadi bagian dari garda terdepan pembangunan kesejahteraan sosial di Indonesia. Ilmu dan keterampilan yang diperoleh bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi harus diabdikan bagi masyarakat yang membutuhkan. Negara menaruh harapan besar pada para lulusan Poltekesos untuk terus hadir di tengah persoalan sosial, menjadi agen perubahan, dan memberi solusi nyata,” ungkapnya.

Adapun Menteri Sosial berpesan pentingnya para lulusan mampu menjadi pekerja sosial yang hebat. Menurut Gus Ipul, ada tiga hal utama yang perlu dipegang menjadi pedoman oleh para wisudawan/I diantaranya.

Pertama, pengalaman sebelum gelar (Experience Before Graduate). Gus Ipul menekankan gelar akademik bukanlah segalanya. Yang lebih utama adalah proses perjalanan dalam mengasah pengetahuan, keterampilan, dan nilai. "Ilmu adalah kompas, keterampilan adalah senjata, dan nilai adalah fondasi moral. Tanpa itu semua, perjalanan akan kehilangan arah,"

Kedua, bekerja dengan hati (Working with Heart). Ia mengingatkan bahwa ilmu tanpa hati akan terasa kering, dan praktik tanpa kasih akan kehilangan makna. Karena itu, para pekerja sosial harus menjunjung kejujuran, konsistensi, dan integritas.

"Berbicaralah dengan empati, rangkullah yang lemah, dan berkolaborasilah dengan siapa pun. Ingatlah, masalah sosial tak pernah bisa diselesaikan seorang diri,"

Ketiga, hidup dalam solidaritas (Solidarity of the Corps). Menurutnya, Solidaritas adalah energi kolektif yang menggerakkan pekerja sosial untuk berempati pada luka orang lain, dermawan dalam waktu dan tenaga, serta tulus berbakti tidak hanya untuk keluarga, tetapi juga masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan.
"Profesi ini bukan sekadar pekerjaan, melainkan ibadah sosial, jalan untuk menemukan makna hidup yang sejati,"

Suasana wisuda semakin haru ketika para wisudawan/wisudawati mempersembahkan ungkapan terima kasih kepada orang tua, dosen, dan tenaga kependidikan. Persembahan penuh ketulusan itu dikemas dalam sentuhan hati yang diiringi dengan nyanyian kolaborasi mahasiswa wisudawan/wisudawati, menghadirkan momen emosional yang membekas di hati para tamu undangan.

Dengan pengukuhan ini, Poltekesos Bandung meneguhkan perannya sebagai lembaga pendidikan tinggi vokasi yang konsisten melahirkan sumber daya manusia unggul di bidang kesejahteraan sosial, siap mengabdi dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat, bangsa, dan negara.