The Legend Of Reog Sari Utomo Junggul Bandungan | Analisis 7 Unsur Kebudayaan Koentjaraningrat

Tugas proyek video untuk memenuhi nilai Ujian Akhir Semester mata kuliah Pengantar Ilmu Budaya
Dosen Pembimbing:
Dra. Sri Prastiti Kusuma Anggraeni, M.Pd.
Anggota Kelompok
1. Natasya Rindu Biaz Ariyanto (2402140013)
2. Selvia Diah Kurniawati (2402140068)
3. Elok Rejeki Lestari (2402140073)
4. Muh Ilham Manzis (2402140078)
5. Uli Ma'ri Fatul Khasanah (2402140083)
Analisis Sistem Religi pada Reog Sari Utomo
1. Kepercayaan terhadap Kekuatan Supranatural
a. Pemujaan Leluhur/Roh Penunggu: Ancaman bahwa leluhur akan marah dan masuk ke raga orang jika pementasan tidak dilaksanakan menunjukkan adanya keyakinan kuat terhadap keberadaan roh leluhur atau entitas spiritual yang memiliki kekuatan untuk memengaruhi kehidupan manusia. Kesenian ini berfungsi sebagai sarana untuk menghormati atau menenangkan (ritual persembahan) entitas tersebut agar keselamatan dan kesejahteraan masyarakat terjaga.
b. Kepercayaan akan Daya Magis (Ndadi/Kesurupan): Puncak pertunjukan (pundak reog) yang merupakan kesurupan atau ndadi adalah manifestasi fisik dari interaksi manusia dengan dunia spiritual. Ndadi diyakini sebagai momen ketika roh leluhur atau entitas tertentu merasuki penari, yang bukan hanya dilihat sebagai hiburan, tetapi sebagai bukti otentisitas dan kekuatan magis dari ritual tersebut.
2. Upacara dan Ritual
a. Pelaksanaan Berkala dan Waktu Sakral: Kewajiban melaksanakan pertunjukan setiap tiga bulan sekali pada malam Selasa Kliwon menunjukkan bahwa pementasan ini adalah upacara berkala (siklus waktu) yang memiliki makna religius yang dalam. Malam Selasa Kliwon sendiri dalam tradisi Jawa sering dianggap sebagai waktu yang sakral dan penuh energi spiritual, ideal untuk menghubungkan dunia manusia dan dunia roh.
b. Spontanitas Magis (Rewo-Rewo): Fenomena reworewo (puluhan penari tampil tanpa latihan) dapat dianalisis sebagai bukti adanya Intervensi Ilahi atau Spiritual dalam proses kreatif. Keterampilan menari bukan semata-mata hasil latihan fisik, melainkan 'hadiah' atau 'kekuatan' yang diberikan oleh roh penunggu atau leluhur saat ritual berlangsung, memperkuat dimensi sakralnya.
Analisis Reog Sari Utomo dengan 7 Unsur Kebudayaan Koentjaraningrat.
1. Sistem Religi
Tinggi dan Dominan. Pertunjukan ini adalah ritual. Keyakinan pada leluhur yang akan marah jika tidak dilaksanakan menunjukkan adanya sistem kepercayaan terhadap roh nenek moyang. Waktu dan tempat sakral (Selasa Kliwon, Watu Tiga) serta fenomena kesurupan (ndadi) sebagai puncak pementasan adalah bukti nyata interaksi dan pemujaan terhadap kekuatan supranatural.
2. Sistem Organisasi Sosial
Jelas. Terdapat organisasi kesenian (Kelompok Reog Sari Utomo) dengan struktur kepemimpinan dan pembagian peran (pemain, penabuh gamelan, sesepuh/dukun yang memimpin ritual). Kesenian ini juga memperkuat integrasi sosial Dusun Junggul karena menjadi agenda komunal yang wajib dilaksanakan.
3. Sistem Pengetahuan
Khusus dan Turun-Temurun. Pengetahuan meliputi kalender ritual (mengetahui kapan tepatnya Selasa Kliwon tiba), cara pelaksanaan ritual sakral agar leluhur tidak marah, dan pengetahuan medis/spiritual untuk penanganan penari yang kesurupan. Pengetahuan tari reworewo yang dilakukan tanpa latihan juga mengindikasikan pengetahuan mistis atau pewarisan non-verbal.
4. Bahasa (Language)
Verbal dan Non-Verbal. Meskipun tidak ada data spesifik tentang lirik, pasti ada doa, mantra, atau sesorah (pidato) yang diucapkan oleh sesepuh saat memulai ritual. Komunikasi non-verbal sangat penting, terutama melalui gerak tari, ekspresi penari yang ndadi, dan simbolisme properti yang digunakan.
5. Kesenian (Arts)
Inti Pertunjukan. Ini adalah wujud fisik dari kebudayaan. Unsur seninya mencakup seni tari (termasuk reworewo), seni musik (gamelan sebagai pengiring ritual), seni rupa (pakaian, topeng, dan properti Reog), dan seni drama (alur cerita atau narasi yang diusung).
6. Sistem Mata Pencaharian
Tidak Langsung. Reog Sari Utomo sendiri adalah ritual, bukan mata pencaharian utama. Namun, pelaksanaannya dapat menjadi mata pencaharian tambahan atau daya tarik wisata budaya yang secara tidak langsung mendukung perekonomian lokal Dusun Junggul (misalnya dari donasi, sponsorship, atau pariwisata). Mata pencaharian utamanya tetap pertanian/agrobisnis Bandungan.
7. Sistem Peralatan dan Teknologi (Technology/Equipment)
Tradisional. Peralatan yang digunakan meliputi alat musik tradisional (Gamelan, seperti gong, kendang, saron), kostum/pakaian para penari, dan properti ritual (seperti sesajen yang dipersiapkan sebelum pertunjukan). Teknologi di sini bersifat tradisional dan dipertahankan keasliannya.
Kesimpulannya, Reog Sari Utomo adalah fenomena budaya yang sangat kompleks, di mana unsur Religi (keyakinan leluhur, kesurupan, ritual waktu) menjadi poros utama yang menggerakkan dan memengaruhi unsur-unsur kebudayaan lainnya, dari organisasi sosial hingga kesenian itu sendiri.

-Terimakasih Ibu Prass 💞