Silken Elegance : The Soothing Serenade of Kembang Tahu
Автор: Aksara Aksar
Загружено: 2024-02-19
Просмотров: 919
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kemba...
Kembang Tahu yang sering kita temukan di jalan2 baik yg menggunakan sepeda, gerobak atau yg masih dipanggul atau dipikul pasti sangat menggugah selera untuk mencicipi nya, selain karrna rasa nya yg unik juga di karenakan makanan ini sudah langka dan susah menemukannya.
Dari Video ini :
Kembang Tahu dengan Sepeda / Becak : 10k per porsi
1. Area jelajah luas / jangkauan bisa jauh
2. Tidak terlalu memgandalkan tenaga manusia
3. Mobilitas tinggi
4. Susah untuk memastikan Kembang Tahunya tidak pecah ( sudah pecah )
5. Memerlukan tenaga dan kecerdikan dalam mengayuh sepedanya agar kembang tahunya tidak tergoncang
6. Besar kemungkinan kembang tahunya akan pecah, dikarenakan jalanan yang kurang bersahabat
Kembang Tahu dengan Gerobak / Mangkal : 12k per porsi
1. Perlu usaha dan kecerdikan dalam mendorong dan mengontrol laju gerobak
2. Jalannya akan sangat pelan, dikarenakan jalan yg kurang mulus dan agar kembang tahunya tidak terguncang yg menyebabkan bisa pecah
3. Tenaga sangat bertumpuh pada tangan dan kaki
4. Lebih bisa mengontrol gerobak karena lebih terasa di kaki dan tangan saat berjalan
5. Kemungkinan kembang tahunnya pecah lebih sedikit dibanding dengan yg menggunakan sepeda
Kembang Tahu Panggul / Pikul : 15k per porsi
1. Jarak tempuh terbatas
2. Sangat mengandalkan tenaga manusia
3. Bisa berakibat patal terhadap badan manusia bila di lakukan dalam jangka waktu lama yg terus menerus
4. Kualitas dan rasa kembang tahunya bisa dijamin aman karena minim goncangan
5. Sangat traditional dan menggugah selera
note : untuk Kembang tahu dengan sepeda dan gerobak dalam pembuatannya sebagian besar mengurangi kadar air guna meminimalis agar tidak pecah saat dalam perjalanan karena teksturnya akan lebih kenyal dari biasanya.
Kembang tahu yang sudah pecah sudah pasti rasa dan teksturnya sudah tidak seperti aslinya
______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Kembang Tahu, also known as tofu skin or yuba, is a delicate and traditional Indonesian dessert that has a special place in the hearts of many. It’s a simple yet elegant treat made from soy milk that has been coagulated to form a soft, pudding-like texture. The key to its unique consistency is the use of food-grade gypsum (calcium sulfate), which acts as a coagulant, transforming the liquid soy milk into a silky, smooth pudding.
The dessert is typically served warm, making it a comforting choice on cooler days. It’s often accompanied by a sweet ginger sauce, which adds a zesty and aromatic dimension to the mild flavor of the tofu pudding. The ginger sauce is usually thin, allowing it to seep into the tofu and infuse it with its warming spice.
Kembang Tahu is not just a treat for the palate but also a feast for the senses. The process of making it is quite fascinating, involving the careful handling of soy milk and the precise addition of the coagulant. It’s a dessert that reflects the simplicity and ingenuity of Indonesian cuisine, offering a taste that is both nostalgic and timeless.
This dessert is a popular choice among street vendors in Jakarta, freshly made each day and sold in a way that’s as humble as the dish itself. Despite its popularity, it’s interestingly not commonly found on restaurant menus, preserving its status as a cherished street food delicacy. Kembang Tahu is a testament to the comfort and joy that can be found in the simplest of foods, making it a beloved snack across generations.
Доступные форматы для скачивания:
Скачать видео mp4
-
Информация по загрузке: