BID'AH ❗❗❗Tahlilan: Telaah Kritis terhadap Praktik yang Dianggap Bid’ah
Автор: BID'AH
Загружено: 2025-07-13
Просмотров: 12653
Tahlilan: Telaah Kritis terhadap Praktik yang Dianggap Bid’ah Dholalah
Dalam tradisi keislaman masyarakat Indonesia, terdapat praktik rutin yang dilakukan seusai kematian seseorang, yaitu tahlilan. Tahlilan umumnya dilakukan pada malam pertama, ketiga, ketujuh, ke-40, ke-100, bahkan setiap tahun. Acara ini berisi pembacaan tahlil, surat-surat pendek, doa, dan kadang juga disertai dengan jamuan makan.
Meski telah mendarah daging di tengah umat, praktik ini menjadi bahan kajian serius dalam diskursus keilmuan Islam. Sebagian ulama menilai tahlilan sebagai bid’ah dholalah atau bid'ah yang sesat, karena tidak memiliki dasar dari Al-Qur’an, Sunnah, maupun praktik para sahabat dan generasi salaf.
Dalil-dalil pokok terkait bid’ah, yaitu:
1. Hadits Jabir bin Abdillah, Nabi Muhammad bersabda: "Sebaik-baik perkataan adalah Kitabulloh, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk nabi Muhammad, dan seburuk-buruk perkara adalah perkara baru dalam agama, dan setiap bid’ah adalah sesat."
2. Hadits Aisyah radhiyollohu ‘anha, Nabi Muhammad bersabda: "Barang siapa mengada-adakan dalam urusan kami ini sesuatu yang bukan darinya, maka ia tertolak."
3. Qur'an Surat Al-Ma’idah ayat 3
"Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku kepadamu, dan Aku ridoi Islam sebagai agamamu."
Imam Malik berkata tentang ayat ini:
"Barang siapa yang membuat bid’ah dalam Islam yang dia anggap baik, maka sungguh ia telah menganggap nabi Muhammad berkhianat dalam risalah ini. Karena Alloh berfirman: ‘Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu’."
Diriwayatkan oleh Asyathibi dalam Al-I’tisham
Para ulama yang menganggap tahlilan kematian ini sebagai bid’ah, berangkat dari beberapa fakta, yaitu:
1. Nabi Muhammad tidak pernah mengajarkan tahlilan setelah kematian seseorang, tidak pada hari pertama, ketiga, ketujuh, apalagi ke-40 atau ke-100.
2. Para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in tidak pernah mengamalkan tahlilan, meskipun mereka juga menghadapi kematian orang-orang terdekat mereka.
3. Tahlilan tidak dikenal dalam kitab-kitab klasik para ulama salaf, baik dalam fiqih, hadits, maupun tafsir.
Sebaliknya, yang diajarkan oleh Nabi Muhammad ketika seseorang meninggal adalah: Segera memandikan, mengkafani, menyalatkan, dan menguburkannya. Mendoakan dan memintakan ampunan untuknya. Serta Memberi makan keluarga yang ditinggalkan, bukan sebaliknya, mengadakan jamuan makan oleh keluarga yang berduka.
Pandangan Ulama Salaf dan Kontemporer tahlilan.
1. Imam Malik bin Anas:
Imam Malik yang wafat pada tahun 179 Hijriah mengatakan, "Siapa yang membuat bid’ah dalam Islam yang ia anggap baik, maka ia telah menuduh bahwa Nabi Muhammad berkhianat terhadap risalah ini."
2. Imam Syafi’i :
Imam madzhab yang wafat tahun 204 hijriah dan banyak dianut di negara ini pernah mengatakan, "Jika dalam perkara baru itu tidak bertentangan dengan Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’, atau Atsar, maka itu bukan bid’ah sesat."
Meskipun ada pernyataan beliau membagi bid’ah menjadi “hasanah” dan “sayyi’ah”, beliau tetap menolak segala bentuk ibadah yang tidak memiliki dasar dari dalil syar’i. Ibadah yang disusun dengan waktu, bentuk, dan bacaan tertentu tanpa dalil – seperti tahlilan 7 hari – dianggap sebagai bid’ah sayyi’ah oleh banyak ulama.
3. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah:
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang wafat pada tahun 728 Hijriah mengatakan, "Tidak ada satu pun dari sahabat Nabi Muhammad yang melakukan tahlilan 3, 7, atau 40 hari. Siapa yang meyakini itu sebagai sunnah, maka ia telah berdusta atas nama Nabi."
4. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab:
Dalam kitab Kitab at-Tauhid, beliau menekankan bahwa semua ibadah harus memiliki landasan dari syariat. Amalan yang dibuat-buat dan tidak memiliki dasar dari Nabi Muhammad adalah tertolak.
Syaikh Bin Baz rahimahulloh:
Salah satu ulama yang berasal dari arab Saudi ini pernah mengatakan: “Mengadakan peringatan 7 hari, 40 hari, atau setahun kematian adalah bid’ah yang tidak pernah dilakukan Nabi maupun sahabat.”
Syaikh Nasaruddin Al-Albani rahimahulloh:
Syaikh Nasaruddin Al-Albani, seorang Ulama ahli hadits abad ini mengatakan, “Tahlilan termasuk dalam bid’ah yang jelas dan tidak pernah dilakukan oleh salafus shalih.”
Alasan mereka menolak Tahlilan
1. Tidak Ada Contoh dari Nabi Muhammad dan juga para Sahabat nabi.
Ketika Nabi Muhammad wafat, tidak ada satupun keluarga dan para sahabat nabi pernah mengadakan tahlilan untuk beliau. Padahal merekalah generasi yang paling mencintai nabi Muhammad dibandingkan dengan kita.
2. Mengkhususkan Waktu tanpa Dalil
Menentukan hari ke-3, ke-7, ke-40 adalah pengkhususan waktu ibadah tanpa dalil, dan ini adalah bentuk pembuatan syariat tanpa hak.
3. Menjadikannya Tradisi Wajib
Di banyak masyarakat, tahlilan dianggap kewajiban sosial. Jika tidak dilakukan, keluarga dianggap kurang beradab. Ini menyebabkan tekanan sosial yang tidak diajarkan oleh Islam. Bahkan ada yang rela berhutang dan mencuri untuk biaya acara tahlilan kematian. #bid'ah #salafi #tahlilan
Доступные форматы для скачивания:
Скачать видео mp4
-
Информация по загрузке: