kenapa pemerintah malaysia terobsesi dengan penggusuran warga tempatan?

Tren Penggusuran Warga tempatan. jika belum lama ini kampung sungai baru dan jalan papan di gusur. kini giliran kampung jawa di klang.

—--

kenapa pemerintah malaysia terobsesi dengan penggusuran warga tempatan?

—--

Hallo Guys, Selamat datang di informasi. kali ini kita akan membahas tentang Gelombang penggusuran permukiman warga tempatan di Malaysia tampaknya terus berlanjut dan menjadi isu yang ramai diperbincangkan publik. Setelah kasus Kampung Sungai Baru dimana kaum melayu di gusur dan Jalan Papan dimana kaum cina digusur, kini giliran Kampung Jawa di Klang yang mengalami nasib serupa. orang-orang keturunan jawa di malaysia ini harus mengalami Penggusuran yang dilakukan untuk kepentingan projek Lebuhraya Pesisiran Pantai Barat (WCE) ini memicu ketegangan antara warga dan petugas di lapangan.


Pada hari pelaksanaan pengosongan area, suasana sempat memanas ketika warga setempat mencoba mempertahankan tempat tinggal mereka. Ketidakjelasan komunikasi dan minimnya respons pemerintah menambah kekecewaan masyarakat. Aktivis Malaysia, Papa Berry, melalui konten YouTube-nya, menyoroti sikap pemerintah yang dinilai pasif terhadap kesejahteraan serta perlindungan warga tempatan. Ia menilai, tindakan pemerintah seolah memberi ruang bagi kepentingan kelompok-kelompok berkepentingan, termasuk para kapitalis besar, dibandingkan keberlangsungan hidup masyarakat biasa.


Menurutnya, kondisi ini telah menimbulkan persepsi bahwa pemerintah tidak memprioritaskan keselamatan dan kenyamanan rakyat asli Malaysia yang terdampak langsung oleh proyek-proyek pembangunan tersebut. Dalam tiga bulan terakhir, setidaknya tiga kawasan telah digusur: Kampung Sungai Baru, Jalan Papan, dan kini Kampung Jawa. Rentetan peristiwa ini memunculkan kekhawatiran mendalam tentang masa depan permukiman warga tempatan di tengah laju pembangunan.


Situasi ini juga kembali mengangkat pernyataan lama Tun Dr. Mahathir Mohamad yang pernah menyebut bahwa kaum Melayu perlahan-lahan akan terdorong untuk pindah ke tempat lain dan berpotensi semakin terpinggirkan jika tidak ada kebijakan yang melindungi mereka secara tegas. Kini, peringatan tersebut kembali relevan seiring meningkatnya jumlah komunitas yang harus meninggalkan tempat tinggal mereka demi proyek pembangunan berskala besar.


Konteks ini mempertegas keresahan bahwa wajah kota-kota besar di Malaysia makin berubah tanpa mempertimbangkan keberlanjutan sosio-kultural masyarakatnya. Kampung-kampung yang selama bertahun-tahun menjadi pusat kehidupan komunitas digantikan oleh proyek komersial, perumahan mewah, dan infrastruktur skala besar. Sementara itu, warga yang direlokasi sering menghadapi tantangan besar: biaya hidup di kawasan baru yang lebih tinggi, hilangnya jaringan sosial dan ekonomi, serta ketidakpastian mengenai masa depan generasi mereka.


Para pengamat sosial menilai bahwa pembangunan seharusnya tidak hanya mengutamakan pertumbuhan fisik dan ekonomi, tetapi juga mempertimbangkan aspek sosial yang melekat pada komunitas lokal. Tanpa itu, proyek pembangunan berisiko meningkatkan ketimpangan dan meminggirkan kelompok-kelompok yang justru menjadi bagian penting dalam struktur sosial Malaysia.


Dalam situasi ini, banyak pihak menyerukan agar pemerintah memperkuat mekanisme konsultasi publik, meningkatkan transparansi perencanaan proyek, serta memastikan bahwa kompensasi dan relokasi diberikan secara adil dan manusiawi. Mereka juga berharap pemerintah lebih aktif hadir saat konflik terjadi, bukan hanya menyerahkan proses kepada pihak pengembang atau pelaksana proyek.


Gelombang penggusuran yang terjadi beruntun ini bukan hanya soal lahan yang hilang, tetapi juga soal rasa aman, keadilan sosial, dan hak hidup warga tempatan sebagai bagian dari negara yang mereka bangun bersama. Dengan semakin banyaknya kampung yang terancam, tuntutan untuk meninjau ulang kebijakan pembangunan menjadi kian menguat—sebuah momentum penting agar pembangunan Malaysia ke depan tidak hanya modern secara fisik, tetapi juga adil dan berkelanjutan secara sosial.

---
Music: Crunchy Leaves by Vlad Gluschenko is licensed under a Creative Commons License.
https://creativecommons.org/licenses/...
Support by RFM - NCM: https://bit.ly/2xGHypM​
---