Butattah Tradisi masyarakat adat Lampung Saibatin Tanggamus

Butattah adalah tradisi memberikan gelar/adok sebagai penanda perubahan status khususnya bagi kelompok bangsawan masyarakat suku Lampung khususnya yang beradat Saibatin di Kabupaten Tanggamus.
tradisi memberi gelar sudah ada sejak zaman Kerajaan Sekala Bekhak, dimana pemberian gelar dilakukan dengan cara rangkaian prosesi butattah.
Tradisi ini hanya diperuntukan bagi seseorang yang sudah menikah yang biasanya dilakukan setelah prosesi perkawinan.
Hal ini menggambarkan posisi dan kedudukan seseorang berdasarkan gelar atau adok yang diterima.

Kekhasan dari tradisi Butattah juga dapat dilihat pada serangkaian kata nasihat atau pesan berbentuk syair seperti Wawancan yang dikumandangkan pada saat tradisi butattah.
Hakikat utama yang terkandung dalam tradisi Butattah adalah pewarisan tahta atau kekuasaan dan tanggung jawab yang melekat pada gelar sesuai tingkatannya dalam masyarakat adat Lampung Saibatin.

Makna dan nilai tradisi Butattah secara simbolik dan fungsional agar sistem tatanan dalam masyarakat adat tetap berjalan dengan baik dari waktu ke waktu. Butattah menjadikan struktur sosial masyarakat berfungsi sehingga adat dalam kehidupan masyarakat dapat terus hidup karena di dalamnya tercermin pola pengaturan untuk menentukan hak, kewajiban dan posisi pembagian kerja secara adat dan budaya masyarakat Saibatin yang ada Tanggamus. Tradisi Butattah diadakan sebagai pengumuman akan gelar, status, dan kedudukan orang tersebut di tengah-tengah masyarakat adatnya. Hal ini sesuai dengan falsafah hidup masyarakat Lampung yang terkandung dalam piil pesenggiri yaitu Bejuluk-buadok yang berarti memiliki gelar adat. Serta dalam rangkaian acaranya juga mengandung falsafah lainnya seperti nemui-nyimah (saling bersilaturahmi), nengah nyampokh (bergaul dan mambaur), dan Saikai-Sambaian (gotong-royong).

#adatlampung #budayalampung #tradisilampung #lampung #saibatin #tanggamus #butattah