AIMSC - Hampa

** HAMPA **

Gelap lagi… Nggak ada suara, nggak ada arah, cuma sunyi yang sisa. Kadang… kehilangan bukan soal benda, tapi jiwa.


Aku dulu punya rumah — sekarang cuma dinding bisu, Punya tawa — tapi semua udah beku. Teman hilang, cinta pergi, Yang tersisa cuma aku dan bayangan sendiri. Di kaca, aku lihat sosok yang asing, Mata merah, tapi hati malah dingin. Dunia terus jalan, tapi aku berhenti, Kayak waktu nol di detik yang sepi.
Aku cari makna di antara puing rasa, Tapi yang kutemukan cuma kosong di dada.



Aku hampa… Tak punya arah, tak punya suara. Semua hilang, cuma sisa luka, Dan aku berdiri di batas antara nyata dan fana. Aku hampa… Tak ada lagi cahaya di mata. Yang dulu ku genggam, kini tiada, Dan aku belajar — kehilangan itu nyata.


Semua yang gua cintai, pergi kayak kabut, Gua coba tahan, tapi tangan gua beku ikut. Gua teriak di dalam kepala sendiri, Suara gema balas, “udah, berhenti.” Gua pikir sukses bisa obatin sepi, Ternyata uang nggak bisa isi hati. bawa semua perih, Gua hidup, tapi rasanya mati berdiri.


Dunia nggak adil — tapi gua udah nggak marah, Karena rasa sakit ini udah jadi darah. Mungkin ini harga dari terlalu cinta, Sampai lupa siapa gua sebenarnya.


Aku hampa… Tak punya arah, tak punya suara. Semua hilang, cuma sisa luka, Dan aku berdiri di batas antara nyata dan fana. Aku hampa… Tak ada lagi cahaya di mata. Yang dulu ku genggam, kini tiada, Dan aku belajar — kehilangan itu nyata.


Kadang gua iri sama langit malam, Bisa gelap tapi tetap tenang. Sedangkan gua? cuma hancur pelan-pelan, Berkeping, tapi pura-pura tahan. Bukan gua nggak mau bangkit, Cuma udah terlalu banyak luka yang sulit. Tapi meski gua jatuh tanpa arah, Masih ada sisa napas — dan itu gua jaga.


Sekarang gua nggak punya apa-apa, Tapi mungkin… di kehampaan ini, gua bisa nemuin makna. Karena kadang, kehilangan… adalah cara semesta ngajarin kita bertahan.