Bid'ah Amaliyah Tidak Mengeluarkan Dari Ahlussunnah?

Judul: Kedudukan Bidah Amaliyah dan Akidah dalam Ahlussunnah wal Jamaah
Ringkasan:
Pembahasan mendalam mengenai perbedaan bidah amaliyah (seperti tahlilan dan maulid) dengan bidah akidah, serta dampaknya terhadap status seseorang dalam Ahlussunnah wal Jamaah. Penjelasan ini mencakup pandangan ulama, dalil, klasifikasi masalah kulli (universal) dan juzi (parsial), serta bantahan terhadap pemahaman yang meremehkan bidah amaliyah.

Penjelasan Bidah Amaliyah dan Contoh Kasus
[00:16] Penjelasan dasar: Bidah amaliyah (misal: tahlilan) bukan bidah akidah, sehingga tidak serta-merta mengeluarkan pelakunya dari Ahlussunnah.
[00:57] Pandangan Syeikh Muhammad Arsyad Albanjari dalam Sabilul Muhtadin: Hukum tahlilan adalah bidah dan makruh dalam mazhab Syafi'i.
[01:35] Sunah vs. Bidah dalam kematian: Sunahnya tetangga memberi makan keluarga duka, sedangkan keluarga duka membuat acara makan-makan adalah bidah makruh.
[02:16] Status keanggotaan Firqah Najiyah: Pelaku bidah amaliyah makan-makan tidak keluar dari golongan yang selamat karena bukan masalah akidah pokok.
[02:49] Kasus Maulid Nabi: Dianggap bidah oleh sebagian ulama, namun pelakunya tidak dihukumi keluar dari Ahlussunnah karena bukan masalah ushuluddin.
Perbedaan Dampak Bidah Amaliyah dan Akidah
[03:32] Penegasan kembali: Kesalahan amaliyah berbeda konsekuensinya dengan kesalahan akidah.
[04:08] Bidah yang mengeluarkan dari Ahlussunnah: Bidah besar seperti Khawarij, Syiah, dan Muktazilah (sesuai hadis perpecahan umat).
[04:58] Definisi Al-Jamaah: Mereka yang mengikuti Nabi dan Sahabat, kontras dengan pelaku bidah sesat yang terancam neraka.
[05:39] Klasifikasi Bidah: Ada yang mukaffirah (mengkafirkan) dan yang tidak. Bidah amaliyah umumnya tidak mengkafirkan.
[06:22] Peringatan: Jangan meremehkan bidah amaliyah hingga bermudah-mudahan atau "bermesraan" dengan ahli bidah.
Klasifikasi dan Batasan Keluar dari Ahlussunnah
[06:59] Perbandingan contoh: Bidah akidah (menolak sifat Allah) vs. Bidah amaliyah (Maulid & Tahlilan).
[07:47] Konsekuensi hukum: Bidah akidah berdampak pada pengeluaran dari Ahlussunnah, sedangkan amaliyah tertentu tidak.
[08:28] Syarat keluar dari Ahlussunnah: Menyelisihi ajaran dalam perkara kulliah (universal/prinsip).
[09:09] Titik sentral permusuhan: Masalah sifat-sifat Allah sering menjadi tolak ukur utama (perkara besar).
[09:49] Studi kasus fatal: Seseorang yang menolak satu sifat saja (misal: Istiwa Allah di atas) bisa dikeluarkan dari Ahlussunnah.
Masalah Kulli vs. Juzi dan Hubungan Amal-Akidah
[10:26] Mengapa Istiwa krusial? Karena menjadi titik perdebatan sentral antara Ahlussunnah dan Ahlul Bidah.
[11:05] Kasus Qadi Syuraih: Tidak menetapkan sifat ta'jub (kagum) bagi Allah, namun tetap dianggap ulama Ahlussunnah karena ini masalah juzi (parsial/bukan sentral).
[11:50] Korelasi tak terpisahkan: Bidah amaliyah pasti didasari oleh bidah akidah (keyakinan yang salah melahirkan amalan yang salah).
[12:40] Pondasi ibadah: Setiap amal (seperti salat) pasti didasari akidah (keyakinan akan balasan akhirat).
[13:17] Koreksi pemahaman: Anggapan bahwa "hanya bidah akidah yang mengeluarkan dari Islam" adalah keliru; perlu membedakan bidah hakikiyah dan idfiah.
Bantahan dan Kriteria Imam Syatibi
[13:55] Contoh menambah rakaat salat: Ini bidah amaliyah yang fatal. Pendapat bahwa ini tidak berdampak pada status Ahlussunnah dianggap bersumber dari kejahilan.
[14:44] Murjiah vs. Ahlussunnah: Murjiah membatasi kekafiran hanya pada mendustakan (hati), sedangkan Ahlussunnah meyakini ucapan, perbuatan, dan keyakinan bisa membatalkan Islam.
[15:30] Ketegasan dalil: Agama bukan berdasar opini, melainkan dalil dan pemahaman ulama terdahulu (Salaf).
[16:09] Dua kriteria keluar dari Ahlussunnah menurut Imam Syatibi:
Menyelisihi prinsip dasar pokok (kulliah).
Menyelisihi masalah cabang namun dengan frekuensi yang banyak/sering.
[16:45] Penutup: Kesalahan pandangan mengenai bidah biasanya disebabkan kurangnya pemahaman mendalam terhadap kitab-kitab akidah.