Asal-usul Perseteruan Sedarah Anak-anak Raja Surakarta
Автор: Tribun Solo Official
Загружено: 2025-11-14
Просмотров: 4914
TRIBUNSOLO.COM - Keraton Kasunanan Surakarta kembali dilanda 'perang saudara' setelah mangkatnya sang raja, Sinuhun Pakubuwono XIII.
Sesama keluarga darah biru, saling beradu demi berebut tahta.
Perseteruan ini asalnya tetap sama, yakni konflik lama 2004 silam.
Antara Pakubuwono dan Tedjo Wulan.
Perpecahan antar dua kubu bersaudara itu juga bermula dari mangkatnya raja ketika itu, yakni PB XII, pada Juni 2004.
Gara-garanya, saat itu, belum ada putra mahkota yang ditunjuk PB XII sebelum mangkat.
Situasi menjadi vakum.
Karena situasi vakum sebagian besar keluarga besar keraton menggelar musyawarah, yang ditengahi lembaga dewan adat atau LDA.
LDA, yang dipimpin adik kandung PB XIII, GKR Wandansari, kemudian memutuskan, Hangabehi yang berhak menjadi PB XIII.
Alasannya, dialah anak laki-laki tertua dari selir-selir milik sang raja.
Tapi, status Hangabehi sebagai anak selir, alias bukan anak permaisuri, dipermasalahkan.
Seorang anak selir lainnya, tak terima.
Dialah KGPH Tedjo Wulan.
Tedjo Wulan usianya lebih muda dari Hangabehi.
Tapi, ibunya, adalah selir yang lebih tua dari ibu Hangabehi.
Dia pun merasa yang paling pantas.
KGPH Tedjo Wulan akhirnya ikut menyatakan diri sebagai Pakubuwono XIII pada 9 November 2004.
Konflik yang berkepenjangan memicu pemerintah turun tangan mendamaikan.
Desakan pemerintah dan kompromi, membuat Tedjo Wulan bersedia mengalah.
Sebagai gantinya, dia diberi jabatan sebagai Maha Menteri, atau Perdana Menteri, orang ked-2 setelah Raja di Keraton.
Selesai? tidak. Masalah baru muncul.
LDA kini ganti memprotes keputusan raja dan pemerintah ini.
Menurut LDA, Tedjo Wulan mestinya dikenakan hukuman adat dulu, lantaran sudah melawan raja yang sah.
Ia tidak boleh jadi pejabat dulu di Keraton.
LDA, yang awalnya satu kubu dengan Hangabehi, bahkan mengangkatnya menjadi PB XIII berbalik saling berseteru.
Yang tadinya LDA mendukung raja, kini berbalik raja yang memusuhi LDA karena tidak setuju dengan masuknya Tedjo Wulan sebagai maha Menteri.
Perseteruan makin meruncing, setelah Hangabehi mengangkat istri ketiganya, Asih, sebagai permaisuri.
Padahal, menurut LDA, Asih secara adat tidak bisa jadi permaisuri, lantaran ia dinikahi dalam status janda, bukan lajang.
Selain itu, Raja juga mengangkat anak dari hubungannya dengan Asih, yakni Purboyo, menjadi putra mahkota.
Hal ini dianggap LDA melanggar adat keraton, lantaran raja berikutnya, haruslah lahir dari ibu yang berstatus permisuri.
Perseteruan panjang dua anak PB XII itu berlangsung berlarut larut, hingga akhir hayat Hangabehi atau PB XIII.
Kini, saat berebut tahta PB XIV, peta catur konflik Keraton, kembali berubah.
LDA dan Tedjowulan yang awalnya beda kubu, kini balik menjadi satu kubu.
Mereka sama-sama tak setuju bila Purboyo, yang ditunjuk PB XII sebagai putra mahkota, menjadi raja berikutnya.
LDA mencalonkan anak laki-laki dari PB XIII yang lain, yakni Mangkubumi.
Sampai kapan konflik di Keraton Solo berakhir?
Доступные форматы для скачивания:
Скачать видео mp4
-
Информация по загрузке: