20 Syar'u man Qablana sebuah Identifikasi Hukum
Автор: H. Abdul Helim Panarung
Загружено: 2020-05-11
Просмотров: 5664
Syar'u man Qablana sebuah Identifikasi Hukum
Video dengan materi hampir serupa juga ada di link berikut ini:
• Syar'u man Qablana sebagai Metode Penetapa...
Secara etimologi Syaru man qablana adalah hukum-hukum yang disyariatkan oleh Allah SWT, bagi umat-umat sebelum kita.
Secara istilah ialah syariat yang diturunkan Allah kepada umat sebelum umat Nabi Muhammad SAW, yaitu ajaran agama sebelum datangnnya ajaran agama Islam melalui perantara Nabi Muhammad SAW, seperti ajaran agama Nabi Musa, Isa, Ibrahim dan lain-lain
Sebelum menjadi Rasul, Apakah Rasulullah terikat dengan syariat sebelumnya?
Para Ulama berbeda pendapat:
Mayoritas mutakallimin dan sebagian Malikiyah: beliau tidak terikat, karena tidak ada dalil yang menegaskan beliau terikat
Hanafiyah, Hanabilah, Ibn Hajib al-Maliki, al-Baidhawi asy-Syafi’i: sebelum menjadi Rasul beliau terikat dengan syariat terdahulu. Alasannya:
Setiap Rasul diseru mengikuti syariat Rasul-rasul terdahulu
Banyak riwayat Nabi Muhammad telah beramal ikuti syariat terdahulu spt shalat, haji, umrah, agungkan ka’bah, thawaf, sembelih binatang, dsb.
Setelah menjadi Rasul, Apakah Rasulullah dan umat Islam terikat dengan syariat sebelumnya?
Masih berlaku
Tidak berlaku
Tidak ada ketegasan berlaku atau tidak
Masih berlaku
Syariat-syariat terdahulu secara tegas disebutkan dalam al-Qur’an atau hadis untuk diberlakukan. Ulama sepakat, hal ini berlaku dan mengikat umat Islam, seperti keyakinan kepada Allah, ada hukuman pada pencuri, perzinaan, kekafiran, puasa, berkurban, dll.
Contoh:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (البقرة: 183)
ضَحُّوْا فَإِنَهَا سُنَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيْمَ (إبن ماجه والبيهقي)
Tidak berlaku
Syariat terdahulu yang tidak terdapat dalam Alquran dan Hadis, tidak berlaku untuk Umat Nabi Muhammad.
Atau disebutkan juga dalam Alquran dan Hadis bahwa syariat terdahulu telah dinasakh sehingga tidak berlaku untuk umat Nabi Muhammad.
Contoh:
وَعَلَى ٱلَّذِينَ هَادُوا۟ حَرَّمْنَا كُلَّ ذِى ظُفُرٍ ۖ وَمِنَ ٱلْبَقَرِ وَٱلْغَنَمِ حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ شُحُومَهُمَآ إِلَّا مَا حَمَلَتْ ظُهُورُهُمَآ أَوِ ٱلْحَوَايَآ أَوْ مَا ٱخْتَلَطَ بِعَظْمٍ ۚ ذَٰلِكَ جَزَيْنَٰهُم بِبَغْيِهِمْ ۖ وَإِنَّا لَصَٰدِقُونَ (الأنعام: 146)
Ayat di atas tentang yang diharamkan Allah kepada Yahudi. Kemudian dijelaskan bahwa hal itu tidak berlaku lagi.
قُل لَّآ أَجِدُ فِى مَآ أُوحِىَ إِلَىَّ مُحَرَّمًا عَلَىٰ طَاعِمٍ يَطْعَمُهُۥٓ إِلَّآ أَن يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَّسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنزِيرٍ....(الأنعام: 145)
Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi…
Tidak Tegas berlaku atau tidak
Hal ini terjadi karena di satu sisi disebutkan dalam al-Qur’an, tapi di sisi lain al-Qur’an hanya mengabarkan bahwa hukum itu berlaku pada umat tertentu sebelum Nabi Muhammad.
Akhirnya para ulama pun berbeda memahaminya, ada yang mengatakan berlaku ada juga tidak berlaku untuk umat Rasulullah .
Contoh:
وكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ فِيهَا أَنَّ النَّفْسَ بِالنَّفْسِ وَالْعَيْنَ بِالْعَيْنِ وَالْأَنْفَ بِالْأَنْفِ وَالْأُذُنَ بِالْأُذُنِ وَالسِّنَّ بِالسِّنِّ وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ ۚ فَمَنْ تَصَدَّقَ بِهِ فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ ۚ وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Ayat di atas tentang hukum yang diberlakukan kepada orang Yahudi dahulu kala yang terdapat pada kitab taurat
Pandangan Ulama
Mayoritas Hanafiyah dan Hanabilah serta sebagian Syafi’iyyah juga Malikiyah, termasuk Asy’ariyah dan Mu’tazilah: Syar’u man Qablana dalam bentuk nomor 3, tidak berlaku. Syariat terdahulu berlaku untuk umat terdahulu, kecuali memang ada disebutkan dalam al-Qur’an.
Sebagian Hanafiyah, sebagian Malikiyah, sebagian Syafi’iyyah dan Hanabilah: meskipun tidak diarahkan kepada umat Rasulullah dan Selama tidak ada penjelasan tersebut dinaskh oleh al-Qur’an, maka syariat terdahulu tetap berlaku
شرع من قبلناشرع لنا
Syariat sebelum kita adalah syariat kita
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰ ۖ أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ... (الشورى: 13)
Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.
ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا ۖ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (النحل: 123)
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif" dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
2 ayat di atas menunjukkan umat Rasulullah masih terikat dengan syariat terdahulu walaupun tidak jelas.
Доступные форматы для скачивания:
Скачать видео mp4
-
Информация по загрузке: