Mencari Berkah dari Bekas Kyai, Ini Kata Ulama: Wajib Tahu!
Автор: RUANG DAWAH
Загружено: 2025-11-17
Просмотров: 146
praktik tabarruk (mencari keberkahan) dari sisa makanan atau minuman kaum Salihin, kiai, atau ulama menunjukkan adanya dua pandangan utama di kalangan umat Muslim, berpusat pada pertanyaan mengenai kekhususan Nabi Muhammad
Pandangan yang Mendukung:
Mencari Barokah dari sisa makanan atau minuman kaum Salihin adalah ajaran Nabi Muhammad dan bukan tindakan pengkultusan. Praktik ini dicontohkan, seperti ketika Sayidina Abu Bakar As-Siddiq memberikan sisa makanan kepada Nabi Muhammad untuk dibagikan kepada puluhan sahabat.
Bagi sebagian ulama, mengambil bekas makanan atau minuman seorang guru/orang saleh adalah ungkapan spontanitas dari rasa cinta yang mendalam dan kekaguman, serta merupakan penghormatan. Tindakan ini tidak dilarang secara zahir, selama didasari oleh kecintaan dan bukan hanya sekadar kepura-puraan (action). Keberkahan diyakini berasal dari Allah (omtologis), dan benda tersebut menjadi min athar (bekas) orang saleh karena kecintaan.
Pandangan yang Membatasi/Menolak:
Pandangan lain menyatakan bahwa mencari berkah dari bekas-bekas orang saleh (selain Nabi) adalah tindakan melampaui batas atau berlebih-lebihan. Dalil yang digunakan, yaitu para sahabat berebut bekas wudhu, rambut, atau dahak Rasulullah, dianggap khusus hanya bagi beliau satu-satunya.
Bukti kekhususan ini adalah bahwa para sahabat, setelah wafatnya Nabi, tidak pernah memperlakukan tokoh-tokoh saleh setelahnya, seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, atau Ali, dengan cara yang sama. Melakukan praktik ini kepada orang saleh di zaman sekarang (yang belum ada jaminan surga) dengan berdalil perlakuan sahabat kepada Nabi dianggap sebagai pemahaman yang keliru.
#Tabarruk
#BerkahUlama
#Salihin
#KajianIslam
#PerbedaanPendapat
#UlamaNusantara
#AdabIslam
#CintaUlama
#SejarahIslam
Доступные форматы для скачивания:
Скачать видео mp4
-
Информация по загрузке: