Wiji Thukul: Penyair Cadel yang Mengguncang Istana
Автор: DongengSejarah
Загружено: 2025-12-07
Просмотров: 110
Dia adalah musuh paling ditakuti oleh rezim militer Orde Baru: seorang pria bertubuh kecil, wajah ndeso, dan bicaranya cadel. Wiji Thukul, tukang pelitur mebel, tidak punya senjata, namun puisinya adalah bom waktu yang membuat Istana gemetar.
Kata-kata saktinya, "Hanya ada satu kata: Lawan!", menyebar di mesin fotokopi buram, menjadi anthem jutaan mahasiswa saat meruntuhkan kekuasaan Soeharto.
Harga Sebuah Kebenaran: Wiji Thukul membayar keberaniannya dengan harga yang sangat mahal. Setelah mata kanannya nyaris buta akibat penyiksaan aparat, ia harus menjalani pelarian penuh ketakutan sebagai buronan negara. Namun, di saat fajar Reformasi yang ia impikan mulai menyingsing, Sang Penyair justru menghilang ditelan gelap pada April 1998.
Tonton video ini untuk menelusuri kisah pilu dan heroik Wiji Thukul:
Bagaimana kemiskinan di Lorong Kaloran Solo membentuk jiwanya.
Kisah cinta sederhana dengan Sipon, buruh pabrik yang menjadi partner perlawanan.
Ketegangan hidup dalam pelarian di Tanah Borneo dengan identitas palsu.
Pertemuan antara Puisi Thukul dan Logika Gerung di tengah jaringan perlawanan senyap Jakarta.
Penantian abadi Sipon: Mengapa piring makannya di rumah masih kosong hingga hari ini?
Wiji Thukul membuktikan: Kekuasaan bisa menghancurkan tubuh, tetapi tidak akan pernah bisa membunuh kata-kata yang lahir dari kebenaran. Inilah kisah suara yang tak bisa dibungkam.
Time-Stamps (Daftar Isi)
00:00 Intro: Si Cadel, Tukang Pelitur yang Ditakuti Rezim
02:25 Lorong Kaloran Solo: Kemiskinan, Teater, dan Sanggar Suka Banjir
05:05 Mata yang Buta: Penyiksaan dan Kerusakan Retina 1995
07:15 Kudatuli 1996: Resmi Jadi Musuh Negara dan Pelarian dari Solo
09:30 Hantu di Tanah Borneo: Hidup dalam Ketakutan dan Identitas Palsu
12:40 Logika dan Kata: Jaringan Senyap Perlawanan (PRD & Intelektual)
15:10 Keputusan Fatal: Kembali ke Jakarta dan Badai Mei 1998
16:55 Menghilang Tanpa Jejak: Misteri Abadi Sang Penyair
18:30 Penantian Sipon: Warisan Kata yang Tak Pernah Binasa
Wiji Thukul memilih untuk menjadi kata-kata, dan kata-kata tidak pernah mati.
Jika kalian tersentuh oleh kisah pengorbanannya, berikan tanda dukungan moral kalian dengan menekan tombol LIKE!
Jika Wiji Thukul ada hari ini, puisi apa yang akan ia tulis tentang Indonesia saat ini? Tuliskan pandangan jujur kalian di kolom komentar!
SUBSCRIBE channel 'Dongeng Sejarah' dan mari kita rawat ingatan bangsa, satu kisah pada satu waktu. Hanya satu kata: LAWAN!
#WijiThukul #OrdeBaru #Aktivis98 #PenyairHilang #Reformasi #SejarahIndonesia #PuisiWijiThukul #Sipon #Lawan #DongengSejarah
Доступные форматы для скачивания:
Скачать видео mp4
-
Информация по загрузке: