Jenderal TNI Ternyata Pernah Jadi Pedagang Bawang dan Penjual Daging
Автор: Intel Melayu
Загружено: 2025-11-25
Просмотров: 340
Jenderal TNI Ternyata Pernah Jadi Pedagang Bawang dan Penjual Daging
Pahlawan Revolusi ini pernah menjadi pedagang bawang dan penjual daging kebo. Dikisahkan dalam buku, "Pandjaitan, Gugur dalam Seragam Kebesaran," yang ditulis Marieke Pandjaitan, sejak awal tahun 1942, keadaan dunia cepat berubah.
Perang Pasifik pecah setelah balatentara Jepang menyerbu ke selatan, menduduki sebagian besar wilayah Asia.
Marieke Pandjaitan adalah istri dari Donald Isac Pandjaitan, salah satu Pahlawan Revolusi yang gugur pada 1 Oktober 1965.
Pemerintah Hindia Belanda pun hampir ambruk. Pada tanggal 13 Maret 1942 pasukan Jepang mendarat di Medan, dan beberapa hari kemudian memasuki daerah Tapanuli, lalu menduduki kota Tarutung.
Ketika itu Jepang sangat membenci sekolah yang berbau Barat. Karena itu Christelijke MULO Tarutung ditutup.
Saat itu, Donald Isac Pandjaitan atau kelak dikenal sebagai DI Pandjaitan, sedang duduk di kelas 3.
Tidak hanya MULO, HIS Narumonda juga ditutup, diganti dengan Sekolah Dasar yang sesuai dengan peraturan Jepang.
Meskipun tinggal beberapa bulan lagi menyelesaikan pendidikannya, terpaksa Pandjaitan putus sekolah, karena MULO Tarutung tak kunjung dibuka lagi.
Dengan terpaksa pula Donald Isac Pandjaitan pulang ke Lumbantor, kemudian pergi ke Barus menemui Julia dan ipar Guru Thomas Naiborhu yang saat itu bertugas sebagai guru Huria dan Sekolah Zending di Uratan Barus.
Kemudian atas persetujuan kakak dan iparnya, ia bersama Mauli Pandjaitan mulai berusaha berdagang bawang yang dibeli di Tarutung dan dijual di Barus. Tetapi usaha ini terhenti karena merugi.
Usaha itu diganti dengan berjualan daging lembu. Kebetulan saat itu rnendekati hari Lebaran, sedangkan sebagian besar penduduk Barus umat Islam.
Berdagang daging yang dijalankan dengan telaten itu mula-mula beruntung, tetapi lama kelamaan kurang lancar sehingga pulang modal saja.
DI Pandjaitan dan Mauli Pandjaitan pun pulang ke Lumbantor.
Ketika sedang berdagang di Barus, DI Pandjaitan tidak berhenti belajar. Bahasa Jepang dipelajarinya sendiri tanpa guru, dengan segala cara, sehingga boleh dikata ia dapat menggunakan bahasa asing itu.
Tinggal berlama-lama di kampung halaman kiranya membuat DI Pandjaitan tidak betah.
Ia meminta persetujuan pamannya, Raja Johannes, agar diperbolehkan merantau ke Pekanbaru, Riau.
Di sana ada saudara sepupu, keluarga Welzink Pandjaitan dan Karel Pandjaitan yang masih lajang.
Raja Johannes secara bijaksana menganjurkan agar ia lebih dulu menulis surat kepada keluarga Welzink.
Balasan surat pun tiba tak lama kemudian, berisi persetujuan. Adapun Welzink adalah pegawai kehutanan pemerintahan Jepang, sedangkan Karel bekerja pada kantor usaha perkayuan swasta Jepang.
Singkat cerita, dengan izin dari kakak, persetujuan dari adik-adik, dan restu dari paman, DI Pandjaitan bertolak menuju Pekanbaru.
Доступные форматы для скачивания:
Скачать видео mp4
-
Информация по загрузке: