Suami Pergi, Anjingku Tunjukkan Sesuatu yang Tak Akan Pernah Kulupakan

Aku tidak ingin menceritakan cinta dengan cara yang keras atau jelas. Bagiku, cinta sering muncul sebelum diberi nama. Sebelum kata “suka” terucap, sebelum ada sentuhan, sebelum ada pertanyaan ataupun jawaban. Cinta muncul dalam diam—pada gerakan kecil yang tidak direncanakan, pada jarak yang tidak sengaja terlalu dekat, pada tatapan yang bertahan sebentar lebih lama dari seharusnya.

Kadang dia hanya duduk di sampingku, seolah semuanya biasa saja. Tapi aku merasakan sesuatu yang tidak normal: ruang di antara kami terasa hidup, seperti jarak itu berbicara. Saat dia memberiku gelas, pena, tisu, atau hanya mendorong benda kecil ke arahku, sentuhan itu tidak pernah terjadi… tapi rasanya seperti terjadi, dan itu menempel di pikiranku sepanjang hari. Ada nada berbeda dalam suaranya ketika ia berbicara padaku, seperti ia menahan sesuatu tanpa sadar.

Yang kuingat bukan tindakan tertentu, tapi apa yang terjadi di antara tindakan itu. Napas yang tertahan, ragu yang singkat, langkah yang melambat, pandangan yang hampir jujur tapi cepat menghindar. Mungkin tidak ada yang melihatnya. Mungkin tidak ada yang menganggapnya penting. Tapi di dalam diriku, sesuatu bergerak. Sesuatu yang tidak bisa disebut… namun ada.

Aku tidak tahu apakah ini cinta, atau hanya kemungkinan cinta. Tapi aku merasakannya tumbuh, pelan, tanpa janji, tanpa kejelasan. Dan mungkin, itu lebih jujur. Tidak tergesa-gesa, tidak dramatis. Hanya terasa.

Jika kamu pernah menyukai seseorang diam-diam, tanpa mengatakan apapun; jika kamu pernah merasakan sesuatu hanya lewat jarak, tanpa menyentuh… maka ceritaku akan terasa familiar bagimu. Dengarkan perlahan. Biarkan perasaanmu yang menyelesaikan kalimat yang tidak kukatakan.