Wae Teku Tedeng

Guys,, Mari saksikan Tarian Kami saat mengisi event Festival Golo Curu.
Salam seni

Tarian Kreasi Pola Tradisi
“Wae Teku Tedeng”

Music by : Novaldo Tonpain
Singers : Vandry Palung dan Tiffany Gero
Choirs:
Arny Umbu
Yeni Baso
Ice Saleman

Tarian Wae Teku Tedeng yang berarti Persaudaraan yang tidak pernah putus merupakan tarian kreasi baru pola tradisi yang digarap oleh sanggar Seni Wela Kaweng asal Ruteng kabupaten Manggarai,Provinsi NTT.
Tarian ini mengkisahkan persaudaraan yang terjalin karena hubungan pernikahan. Di Manggarai, keluarga pihak perempuan disebut “Anak Rona” dan keluarga dari pihak laki-laki adalah “Anak Wina” (dalam tarian ini penari wanita adalah Anak Rona dan penari pria adalah Anak Wina). Saat rangkaian prosesi pernikahan terjadi, Anak Rona dan Anak Wina ini bertemu untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan anak atau bagian dari keluarga mereka yang akan menikah. Biasanya Anak Wina yang akan datang berkunjung, dan anak Rona lah yang mempersiapkan tempat untuk pertemuan. Dalam acara tersebut, Kiasan atau Goet dalam Bahasa Manggarai “Wae Teku Tedeng” selalu diucapkan.
Pada fase seperti ini, biasanya pihak ‘Anak Rona’ (keluarga wanita, pemberi anak) meminta Mahar (Belis) kepada pihak ‘Anak Wina atau Woe’ (keluarga pria, penerima anak/) melalui ‘tongka’ (juru bicara) dihari yang sudah ditentukan sebelumnya . Bilamana Belis yang diminta oleh pihak anak rona kepada anak wina dipasang dengan nilai tinggi. Maka pihak anak anak wina, berhak untuk menegosiasi harga yang diminta dan disesuaikan dengan keadaan pihak anak wina itu sendiri.
Dan pada puncak acara, “Tongka” atau juru bicaradari pihak anak wina, bernegosiasi dengan konsep ‘filosofi air’. Artinya keluarga itu dianalogikan seperti sumber mata air yang selalu mengalir tanpa henti “Wae Teku Tedeng”. Tidak seperti ‘air tuak; wae tuak’ yang sewaktu-waktu akan cepat habis. Akhirnya acara pernikahan yang terjalin dapat menyatuhkan pihak keluarga besar dari kedua belah pihak.