GUS WAFI Menjadi Dosen Tamu di Intitut Agama Islam Jamiat Kheir Jakarta
Автор: IAI Jamiat Kheir TV
Загружено: 2024-09-21
Просмотров: 6350
Sebagai pembanding tulisan saudara Bp. Imaduddin
Oleh : Dr. KH. Ahmad Fahrurrozi
_____________________
Al-Faqir sudah mengikuti polemik nasab Bani Alawi di medsos dan membaca tulisan Pak Imaduddin Utsman yang menyatakan nasab Banu Alawi kepada Rasulullah Saw adalah palsu dan terputus di seluruh dunia.
Menurut hemat penulis, klaim tersebut sangat prematur dan menjadi fitnah di masyarakat secara luas dan belum layak disebut sebagai kajian ilmiah, karena masih berupa review sejumlah buku tanpa mempertimbangkan keberadaan sumber lain yang lebih otoritatif dan studi di lapangan, hanya sebelumnya ada tulisan yang serupa dari seorang Wahabi bernama Murod Syukri dari Yordania di pertengahan era tahun 90 an dan sudah dibantah oleh para ulama.
Argumentasi Pak Imaduddin menolak nasab Bani Alawi pada intinya hanya soal tidak tercatat dalam kitab sezamannya. Hal ini tidak ada dasarnya secara ilmu fiqh. Karena syarat penetapan nasab dalam kitab fiqh empat madzhab cukup hanya syuhroh wal istifadloh di mana sudah jelas tertulis dalam berbagai manuskrip, kitab dan telah diakui oleh masyarakat setempat berdasarkan fenomena yang terjadi di zaman Rosulullah saw, bahwa para Sahabat RA menisbatkan diri mereka kepada kabilah-kabilah dan datuk-datuk mereka, meski demikian Rasulullah Saw tidak menuntut mereka untuk menghadirkan bukti-bukti atas kebenaran nasab
tersebut, Rasulullah menjadikan informasi yang telah populer (Istifadhoh) secara turun temurun tentang keabsahan nasabnya sebagai patokan selama tak ada yang menganulirnya, dan berbagai hukumpun dibangun atas dasar ini.
(PENISBATAN NASAB BA ALAWI HARI INI)
Sudah diakui para ahli nasab dunia dan ditulis dalam berbagai kitab tentang kesahihan nasab Bani Alawi, lalu apa karena seseorang tidak bisa menjangkau sumber data para Ulama tersebut kemudian kita mau ikuti dan menganggap itu semua tidak ada dan tidak mu’tabar?
Kalau memang Sayyid Ahmad bin Isa tidak punya anak bernama Abdullah/Ubaidillah, kemana saja para Ulama ahli nasab selama beradab-abad tidak ada satupun yang menafikan justru yang banyak malah meng-itsbatkan?
Apakah selama lebih dari 1000 tahun lebih baru ada Mujtahid bernama Imaduddin dari Banten dan sebelumnya ada seorang wahabi dari Jordania yang bernama Murod Syukri di pertengahan tahun 1990 an Masehi yang baru cerdas, ngerti dan sadar akan hal ini ?
Kemarin penulis sudah posting 47 judul kitab yg menulis nasab Bani Alawi di group WAG BM Nusantara dan semua menurut mereka para pembenci bani Alawi semua kitab itu hanya bohong dan palsu karena tidak sezamannya.
Bagaimana bisa ribuan tahun ada kebohongan para ulama yang rapi terpublikasi sedemikian rapi tanpa bantahan padahal semua ulama tahu bahwa penisbatan nasab palsu pada Rosululloh adalah dosa besar dan perbuatan terlaknat? Hal ini disebut dalam sebuah hadits Sahih Bukhori juz 4 halaman 120 yang isinya tidaklah seseorang mengaku-ngaku sebagai keturunan selain ayahnya sedangkan dia mengetahui itu terkecuali dia melakukan kekufuran ( dosa besar ), dan siapa yang mengaku-ngaku sebagai bagian dari sebuah kaum/kabilah padahal ia bukan bagian dari kabilah tersebut maka bersiaplah tempatnya di neraka.
(PENUTUP) !!
Para Aulia dan Ulama NU sejak zaman dahulu seperti KH Hasyim ‘Asy’ari, KH Kholil Bangkalan, KH Hasan Genggong, KH Abdurrahman Wahid, KH Abdul Hamid Pasuruan, KH Abdullah bin Nuh, KH As’ad Syamsul Arifin, KH Mas Soebadar, KH Idris Marzuqi Lirboyo, KH Muhammad Zaini Abdul Ghoni (Guru Sekumpul), KH Maemoen Zubair, serta para Ulama dan Aulia’ lainnya mengakui keabsahan nasab Habaib Baalawi sebagai Dzurriyyah Nabi Muhammad SAW dan saling menghormati satu sama lainnya.
Maka sangat bijak apabila kita sebagai warga NU saat ini menahan diri untuk tidak ikut berpolemik, kita ikuti saka statement ketum PBNU KH Yahya Kholil Staquf yang menyatakan bahwa nasab Ba Alawi dan para kyai dzurriyah wali songo adalah sah tersambung kepada Rosululloh SAW tanpa perlu lagi diperdebatkan.
Jangan kita ikut mencela nasab siapapun, biarlah itu menjadi keyakinan masing-masing dengan Allah SWT yang maha tahu, Jika seumur hidup kita tidak pernah mencaci maki Firaun atau setan itu tidak berbahaya dan tidak berdosa , namun bila kita membenci dan mencaci maki seseorang yang mungkin sesungguhnya dia benar di hadapan Allah SWT , itu sungguh berbahaya dan kelak kita akan menanggung dosanya di pengadilan Allah SWT.
Penulis berharap polemik ini harus segera diakhiri karena hanya menebar kebencian, melemahkan persatuan ummat Islam dan rawan dijadikan lahan adu domba menjelang pilpres 2024 mendatang. Mari kita jaga persatuan dan kesatuan serta suasana kondusif keamanan bangsa Indonesia .
Malang, 1 Juli 2023.
Penulis Dr. KH. Ahmad Fahrur Rozi, adalah khadim Ponpes Annur 1 Bululawang Malang, Ketua PBNU bidang keagamaan.
https://www.ngopibareng.id/read/menga...
Доступные форматы для скачивания:
Скачать видео mp4
-
Информация по загрузке: