Kunci Sukses Pak H Shiddiq Sugiarto menjual puluhan domba setiap bulan. Layanan Aqiqah, Kurban dll.

#domba #kuncisukses #akikahanak #kateringmurah #demak

Usaha Ternak Kambing ala Pak Sidik: Dari Hobi Jadi Sumber Rezeki
Demak — Suasana malam di kandang kambing milik Pak Sidik tampak hidup. Di tempat ini, terdapat sekitar 140 ekor kambing jika kandang terisi penuh. Beberapa kambing bahkan baru saja melahirkan. “Yang ini baru sekitar setengah bulan lahirnya,” ujar Pak Sidik sembari menunjuk salah satu anak kambing yang masih kecil dan lucu.

Sebagian kambing di kandang ini akan disembelih pada hari Rabu dan Kamis untuk kemudian dimasak menjadi tengkleng, kuliner khas berbahan dasar daging kambing. “Biasanya satu porsi tengkleng dari dua ekor kambing dihargai sekitar Rp7.000. Sudah siap saji, tinggal dinikmati,” jelas Pak Sidik.

Selain menjual kambing siap sembelih, ia juga memelihara kambing kurus untuk digemukkan. “Kita memang ambil yang agak kurus dulu, nanti setelah gemuk baru kita jual,” tambahnya.

Melayani Beragam Kebutuhan Konsumen
Kambing-kambing milik Pak Sidik tak hanya untuk keperluan kurban. Ia juga melayani akikah, hajatan, kenduri, hingga syukuran kecil-kecilan. “Untuk kebutuhan hajatan 15-20 orang, kita bisa sediakan kambing betina muda. Harganya lebih ekonomis,” ujar pria yang juga aktif sebagai pengurus NU ini.

Kandangnya bisa menampung hingga 140 ekor, namun Pak Sidik jarang menyimpan stok terlalu banyak. “Yang penting jenisnya lengkap, ada yang murah sampai yang premium. Harga kambing berkisar dari Rp2 juta hingga Rp14 juta per ekor. Yang Rp14 juta itu Etawa generasi pertama dari Australia,” jelasnya.

Dalam sebulan, di luar musim kurban, ia bisa menjual sekitar 20–25 ekor kambing. “Layanan akikah cukup rutin,” katanya.

Pakan Fermentasi dan Rumput Alami
Untuk pakan, ia mengombinasikan antara rumput alami dan fermentasi. Di samping kandangnya terdapat kebun rumput yang ditanami Mombasa F1, yang baru berusia sekitar sebulan namun sudah tumbuh tinggi. Rumput ini dipotong dan sebagian difermentasi. “Satu gentong fermentasi biasanya cukup untuk dua hari,” katanya.

Pak Sidik juga menanam sendiri rumput tersebut agar lebih hemat waktu dan tenaga. “Pagi atau sore bisa langsung ambil sendiri. Kalau stok rumput segar habis, kita pakai fermentasi dari jerami jagung,” ungkapnya.

Awal Mula dan Motivasi Beternak
Pak Sidik mulai beternak kambing sejak sepuluh tahun lalu. Awalnya hanya sebagai penggemukan kambing. “Saya dulu sudah biasa urus kambing dari kecil. Orang tua juga beternak. Lalu saya terinspirasi dari teman soal pakan fermentasi yang efisien,” jelasnya.

Dukungan dari keluarga dan teman membuat usahanya berkembang. Dari awal hanya memelihara 13 ekor, kini saat Idul Adha bisa menjual hingga 123 ekor, bahkan saat dirinya sedang menunaikan ibadah haji pada 2023 lalu.

Membangun Kandang dari Nol
Kandang pertamanya dibangun dari bambu dengan tenaga sendiri karena keterbatasan modal. “Saya tidak mau diam. Ada kerusakan, langsung saya perbaiki sendiri. Dulu rumahnya juga dari bambu semua,” kenangnya. Kini kandangnya sudah menggunakan atap galvalum sejak tahun 2020 dengan ukuran sekitar 15 x 20 meter.

Teknik Pemeliharaan dan Pembagian Waktu
Pak Sidik memberi makan kambing dua kali sehari: pagi sekitar pukul 05.30 dan sore pukul 17.00. “Pagi sebelum ke kantor, saya kasih makan dulu. Siang dicek lagi untuk mengganti air minum,” katanya.

Ia menekankan pentingnya memahami proses memamah biak kambing. “Kalau pagi kambing belum berdiri, artinya dia kenyang. Kalau sudah berdiri, berarti masih lapar,” tuturnya. Ia juga memberikan vitamin dan antibiotik secara berkala, namun menghindari pemberian antibiotik tiga hari sebelum kambing dipotong.

Tips untuk Pemula
Bagi yang ingin memulai usaha ternak kambing, Pak Sidik memberi pesan: "Pahami dulu prosesnya. Jalani dengan hati senang. Karena hewan pun bisa merasakan apa yang kita rasakan."

Ia menegaskan pentingnya menyayangi hewan ternak. “Jangan asal lempar pakan. Mereka bisa sakit hati. Terutama sapi, dendamnya kuat,” candanya. Selain itu, ia juga memakai obat-obatan tradisional seperti daun jambu biji untuk mengatasi masalah pencernaan.

Kini, usaha ternak Pak Sidik telah menjadi salah satu sumber penghidupan keluarga. Semua anggota keluarga, termasuk anak-anak perempuannya, ikut membantu. “Yang utama adalah ada kemauan. Kalau sudah ada kemauan, insyaallah akan terlaksana,” tutupnya.