WAW...TERNYATA BELIAU ADALAH PELOPOR MTQ | MUHAMMAD DAHLAN BIOGRAFI PAHLAWAN INDONESIA
Автор: Media Pahlawan, Sejarah dan Kekayaan Indonesia
Загружено: 2025-05-13
Просмотров: 93
MUHAMMAD DAHLAN
Negarawan dan Tokoh Islam
Laksana pengemudi, seorang pemimpin harus mengemudikan organisasi yang dipimpinnya menuju jalan yang telah disepakati bersama untuk meraih cita-cita bersama. Selain itu seorang pemimpin juga dituntut harus bisa mengambil sikap cepat ditunjang kebijaksanaan berkenaan dengan kondisi serta situasi yang mengancam keutuhan organisasi kepemimpinannya. Dua hal pokok selaku pemimpin dapat dipenuhi sosok ulama kharismatik Jawa Timur yang memimpin organisasi islam terbesar di indonesia, Nahdatul Ulama (NU). Dialah Kyai Haji Muhammad Dahlan.
Dalam masa kepemimpinannya, NU menghadapi berbagai rintangan yang tengah dihadapi bangsa. Hal ini menuntutnya harus sigap dan cepat menyelamatkan organisasinya, sekaligus memberikan kontribusi berarti bagi bangsa dan negara yang dicintainya.
Markas besar Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) semula berada di Surabaya. Ketika meletus pertempuran amat dahsyat di Surabaya pada 10 November 1945, para pejuang terpaksa harus keluar dari Surabaya untuk meneruskan perlawanan mereka dengan perang gerilya. Kyai Haji Muhammad Dahlan beserta PBNU juga turut meninggalkan Surabaya. Mereka kemudian menuju tempat kelahirannya, Pasuruan, untuk meneruskan perjuangannya.
Belum genap dua tahun di Pasuruan, pasukan Belanda telah melancarkan agresi pertama pada tanggal 21 Juni 1947, dalam rangka kembali hendak menjajah indonesia. Pasukan Belanda berhasil merebut kota-kota di Jawa dan Sumatera, termasuk Pasuruan. Untuk yang kedua kalinya Kyai Haji Muhammad Dahlan beserta PBNU terpaksa hijrah. Kota Madiun yang masih berada dalam kekuasaan Republik indonesia kemudian menjadi tempat pilihan untuk meneruskan perjuangan.
Setahun kemudian, 18 September 1948, Madiun bergolak dengan pengumuman tokoh-tokoh PKi yang menyebutkan berdirinya Sovyet Republik indonesia, TNi segera mematahkan pemberontakan PKi pimpinan Muso itu 12 hari kemudian. Dalam situasi dan kondisi yang serba semrawut tersebut, Kyai Haji Muhammad Dahlan beserta PBNU terpaksa hijrah meninggalkan Madiun. Namun daerah yang mereka tuju tidak diketahui sebagian besar warga Nahdliyin yang tersebar di seluruh indonesia. Begitu pula dengan keberadaannya beserta PBNU lainnya.
Nahdatul Ulama yang "kehilangan" Ketua Pengurus Besarnya berusaha mencari dan menemukan dimana keberadaan Kyai Haji Muhammad Dahlan beserta PBNU Lainnya. Setelah berulang-ulang dilakukan kontak namun tidak tersambung, Kyai Haji Abdul Wahab Chasbullah selaku Rais Akbar Nahdatul Ulama memprakarsai pelaksanaan musyawarah NU guna menentukan Ketua PBNU yang baru. Terpilihlah kemudian Kyai Haji Abdul Wahid Hasyim selaku Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama.
Secara tak terduga, Kyai Haji Muhammad Dahlan muncul dalam konferensi besar NU di kota Tulung Agung. Kehadirannya membuat NU mempunyai dua Ketua Umum. Namun masalah itu dapat cepat teratasi setelah konferensi besar NU secara aklamasi menunjuk Kyai Haji Abdul Wahid Hasyim selaku Ketua dan Kyai Haji Muhammad Dahlan menjabat Wakil Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama.
Seperti halnya tokoh-tokoh teras Nahdatul Ulama lainnya, Kyai Haji Muhammad Dahlan juga berada di pentas politik pergerakan nasional. ia dikenal lantang dan vokal dalam perjuangan parlementernya. ia dikenal sosok yang kukuh keras mempertahankan prinsip dan pendapatnya namun akan mematuhi keputusan yang telah ditetapkan bersama.
Di saat NU memutuskan keluar dari Masyumi untuk menjadi partai politik mandiri, Kyai Haji Muhammad Dahlan menjadi Wakil Ketua bersama dengan Kyai Haji Masykur. Kecelakaan mobil yang dialami K.H Abdul Wahid Hasyim di Cimahi yang menyebabkan beliau wafat, 19 April 1953, juga ditunjuknya Kyai Haji Masykur menjadi Menteri Agama dalam Kabinet Ali Sastroamijoyo Pertama (30 Juli 1953 hingga 12 Agustus 1955), membuatnya harus menjalankan tugas-tugas selaku Ketua umum PBNU. Dalam muktamar NU ke-22 di Surabaya pada tahun 1954, ia ditetapkan menjadi Ketua Umum PBNU. Tiga tahun kemudian, dalam muktamar NU di Medan, ia terpilih selaku Wakil Ketua Satu PBNU, dimana ketuanya dijabat oleh Kyai Haji Doktor idham Khalid. Formasi itu terus berlanjut hingga beberapa tahun kemudian.
Ketika indonesia memasuki Orde Baru (OrBa) di bawah kepemimpinan Presiden Suharto, Kyai Haji Muhammad Dahlan dipercaya menjadi Menteri Agama dalam dua masa Kabinet, yakni Kabinet Ampera Kedua (11 Oktober 1967 hingga 6 Juni 1968) dan Kabinet Pembangunan Satu (6 Juni 1968 hingga 28 Maret 1973).
Ketika menjabat selaku Menteri Agama, Kyai Haji Muhammad Dahlan menghasilkan dua karya monumental, yakni mempelopori Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) dan juga pendirian Perguruan Tinggi ilmu Alquran (PTiQ).
Kyai Haji Muhammad Dahlan tutup usia pada tanggal 1 Februari 1977. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta dengan upacara Kenegaraan.
Доступные форматы для скачивания:
Скачать видео mp4
-
Информация по загрузке: