Gara Gara Pesta Mewah Pernikahan Awal Derita Satu Keluarga

Gara Gara Pesta Mewah Pernikahan Awal Derita Satu Keluarga

Pesta pernikahan menjadi awal kehidupan penuh hutang.Seorang ibu yang telah ditinggal wafat suaminya harus menghadapi kenyataan pahit dalam hidupnya.Ia hanya memiliki satu orang anak semata wayang yang begitu ia sayangi.
Ketika sang anak hendak menikah, sang ibu awalnya berencana menggelar acara sederhana.Ia hanya ingin menyediakan hidangan untuk keluarga inti ke-2 belah pihak, dengan tamu terbatas dari kalangan tetangga sekitar.
Ia memperkirakan DANA sebesar Rp5.000.000 sudah cukup, namun berbagai saran dari sanak saudara, mereka berkata, anakmu hanya satu bu, tidak apa-apa buatlah sedikit meriah, kasihan kalau terlalu sederhana, uang bisa dicari nanti.
Terdesak oleh perasaan ingin membahagiakan anaknya dan bujukan keluarga, akhirnya sang ibu menyanggupi.Karena tidak memiliki DANA yang cukup, ia meminjam uang kepada rentenir sebesar Rp60.000.000.
Waktu pun berlalu, kini lebih dari 15 tahun telah terlewati.Sang anak sudah memiliki dua anak, bahkan yang sulung sudah duduk di bangku smp.
Namun hutang untuk pesta pernikahan itu belum juga lunas, bunga berbunga terus membengkak, sementara sang ibu hanyalah seorang tukang cuci pakaian.Anaknya memang telah berusaha membantu mencicil, tetapi jumlah yang harus dibayar tak kunjung berkurang signifikan.
Ironisnya, pernikahan yang dahulu dirayakan dengan meriah itu kini berakhir kandas hancur karena kehadiran orang ke-3.Kini, sang ibu dan anak itu masih membanting tulang demi melunasi hutang dari acara yang sudah lama usai.
Lebih menyakitkan lagi, tidak ada satupun dari sanak saudara yang dulu menyarankan pesta besar turut membantu mereka menghilang, seakan tak pernah terlibat.
Inilah wajah getir dari hutang riba ketika keputusan diambil tanpa pertimbangan matang, dan ketika jika tekanan sosial lebih kuat dari logika.Satu pelajaran penting dari kisah ini, jauhilah riba, karena ujungnya bukan kemakmuran, melainkan kemiskinan yang tak berkesudahan.