Sujiwo Tejo Blak-Blakan Ungkap "Busuknya" Sirine "Tot Tot Wuk Wuk" Dimana Kapolri Listyo Sigit?

Geram dan Marah Besar! Sujiwo Tedjo pada Nguing-Nguing Sirine Pengawalan. Keras! Mbah Sujiwo Tejo Blak-Blakan Ungkap Busuknya Sirine Nguing-Nguing! Dimana Kapolri Listyo Sigit Prabowo?

Sujiwo Tejo dan Kritiknya Terhadap "Nguing-Nguing" Sirine: Geram kepada Kapolri Listyo Sigit.

Sujiwo Tejo, seorang budayawan terkenal di Indonesia, telah lama dikenal dengan kritik tajamnya terhadap berbagai fenomena sosial dan budaya. Salah satu yang menjadi sorotan adalah penggunaan sirine oleh kendaraan dinas, yang menurutnya mengganggu dan menimbulkan ketidaknyamanan bagi masyarakat.

Penggunaan sirine yang berbunyi "nguing-nguing" ini, menurut Sujiwo Tejo, tidak hanya mengganggu kenyamanan berkendara tetapi juga menjadi simbol kekuasaan yang tidak perlu. Dalam berbagai kesempatan, Sujiwo Tejo menyuarakan kegeramannya langsung kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, yang dikenal dengan sikapnya yang terbuka terhadap kritik dan masukan dari masyarakat.

Kritik dan Respons

Salah satu momen kritik terbuka ini terjadi pada saat rilis akhir tahun Polri di Mabes Polri pada tahun 2023. Sujiwo Tejo meminta Kapolri untuk lebih memperketat penggunaan sirine, khususnya di luar pengawalan presiden dan wakil presiden. "Bisa nggak itu dikurangi Pak? Karena itu janji Pak Listyo," tegas Sujiwo, yang menunjukkan bahwa pengurangan penggunaan sirine adalah salah satu janji yang pernah diberikan oleh Kapolri saat dilantik.

Respons dari Kapolri Listyo Sigit Prabowo terhadap kritik ini adalah dengan menerbitkan perintah melalui surat telegram untuk memasang kaca film 20% pada lampu rotator kendaraan dinas, menanggapi kritik lain dari Sujiwo Tejo tentang lampu rotator yang menyilaukan pengendara lain. Namun, mengenai penggunaan sirine, belum ada kebijakan yang secara spesifik menanggapi keluhan "nguing-nguing" tersebut.

Kritik Keras pada Hari Anti Korupsi 2024

Pada Hari Anti Korupsi 2024, Sujiwo Tejo menyuarakan kritik yang lebih keras lagi. Dalam sebuah postingan di media sosialnya, Tejo menyoroti vonis terhadap Harvey Moeis, yang dinilai tidak setimpal dengan kerugian negara yang sangat besar. "Korupsi 300 T cuma dihukum 6,5 tahun penjara dan bangsamu bingung? Bagaimana IQ bangsamu ini?" tulisnya, mengkritik kebijakan hukum yang menurutnya tidak adil dan tidak efektif dalam memberantas korupsi.

Ia juga membandingkan vonis ini dengan kenaikan PPN menjadi 12 persen, menyindir bahwa pemerintah lebih giat menaikkan pajak daripada menangani kasus korupsi besar. "Salah Obat. Penyakitnya gusi, yang diobati usus 12 jari. Penyakitnya korupsi, yang digenjot PPN sampai jadi 12 persen," tambahnya dalam konten "Talijiwo", menunjukkan kegundahan akan prioritas pemerintah dalam kebijakan publik.

Dampak dan Harapan

Kritik dari Sujiwo Tejo bukan hanya sekedar keluhan pribadi tetapi juga mencerminkan kegelisahan masyarakat yang merasa terganggu oleh suara sirine yang berlebihan dan keadilan hukum yang tidak merata. Dia berharap agar Polri bisa lebih selektif dalam penggunaan sirine, sehingga hanya digunakan dalam keadaan darurat yang benar-benar membutuhkan. Sementara itu, dalam isu korupsi, ia mengharapkan ada perubahan signifikan dalam sistem hukum yang lebih menghukum berat para koruptor.

Selain itu, Sujiwo Tejo juga menyoroti pentingnya Polri untuk tetap dekat dengan masyarakat, memberikan rasa aman tanpa harus menggunakan simbol-simbol kekuasaan yang bisa membuat masyarakat merasa takut atau terganggu.

Kesimpulan

Meskipun Kapolri Listyo Sigit Prabowo telah menunjukkan respons terhadap beberapa kritik dari Sujiwo Tejo, terutama mengenai lampu rotator, isu sirine "nguing-nguing" dan kritik keras terhadap penanganan korupsi masih menjadi topik yang menarik perhatian. Bagi banyak orang, kritik dari Sujiwo Tejo adalah cerminan dari keinginan untuk memiliki kehidupan bermasyarakat yang lebih harmonis, adil, dan kurang terganggu oleh hal-hal yang sebenarnya bisa dikurangi atau diatur lebih baik.

#Polisi #rotator #korupsi