MENYULAP PUISI KE LAYAR SINEMATIK

#sinematisasipuisi #puisi #alihwahana

"Apakah nasib puisi harus jadi jomblo di era digital? Apakah takdirnya hanya cukup sebagai karya cetak yang berdebu dan menangis di pojok zaman? Bisakah puisi yang sunyi dan penuh makna itu hidup kembali di tengah gempuran visual dan digital yang tak terbendung? Apakah nasib puisi dan pembelajarannya hanya berhenti sampai ditulis dan dibaca? Temukan jawabannya dalam perjalanan transformatif puisi ke layar yang tak pernah Anda duga sebelumnya. Hari ini kita ditantang untuk tidak hanya membaca dan menulis, tetapi mengalih wahanakannya melalui gambar dan suara.
Di era visual dan digital yang serba cepat, bagaimana puisi bertahan dan bertransformasi ke dalam bentuk baru? Pada era ini alih wahana adalah keterampilan baru yang wajib dimiliki. Kendalanya, referensi-refernsinya terbatas dan terlalu konseptual. Oleh karena itu, kami menghadirkan prinsip dan trik yang lebih teknis dan aplikatif lengkap dengan pembelajarannya. Konten ini adalah video pendamping dari buku "Menyulap Puisi ke Layar", hasil akhir dari beberapa tahapan riset. Video ini mengupas tuntas proses alih wahana puisi ke medium sinematik—menggabungkan kata, gambar, suara, dan ritme dalam pengalaman estetis yang kaya makna.
Video ini mengajak Anda mengeksplorasi bagaimana puisi dihidupkan kembali melalui film dan seni digital, sekaligus menjadi metode pembelajaran multiliterasi abad ke-21 yang strategis dan relevan. Temukan bagaimana transformasi ini membuka ruang kreatif baru bagi guru, mahasiswa, sineas, dan komunitas seni.
"Siapkah Anda menyaksikan bagaimana puisi yang kita kira hilang justru bersemi kembali dengan kekuatan baru yang memikat indera dan jiwa? Jangan lewatkan perjalanan kreatif ini membuka pintu baru bagi makna dan seni puisi. Simak videonya dapatkan bukunya "Menyulap Puisi Ke Layar" terbitan Cipta Prima Nusantara. Dapatkan bukunya di http://www.penerbitciprinus.com/

Terimakasih Bimbingannya:
Prof. Dr. Agus Nuryatin, M. Hum, Prof. Dr. RM. Teguh Supriyanto, M. Hum, Dr. Nas Haryati Setyaningsih, M.Pd.

Terimakasih: UNNES, UNIKAL, UAD Yogyakarta, UIN Syeikh Nurjati Cirerbon, Astama Cinema Indonesia, Vanesha, Sinta, Kharisma, Dini, Amri, Hamam dan semua pihak yang mendukung.