WANITA MISKIN PENCARI KAYU MENOLONG PEMUDA YANG DI IKAT DIPOHON TENGAH HUTAN YANG MERUBAH NASIBNYA
Автор: DON STORY
Загружено: 2025-08-26
Просмотров: 140668
Yuni adalah seorang gadis berusia dua puluh empat tahun. Hidupnya jauh dari kata mudah. Ia tinggal bersama ibunya di sebuah gubuk reyot di pinggiran desa yang jarang dilirik orang. Atap rumahnya terbuat dari daun rumbia yang sudah bolong di sana-sini. Kalau hujan deras, air masuk lewat celah-celah atap, membuat lantai tanah becek dan dingin. Di musim panas, rumah itu panas menyengat, sulit sekali untuk beristirahat dengan nyaman.
Sehari-hari Yuni bekerja sebagai pencari kayu bakar di hutan. Pagi-pagi sekali, ia sudah berjalan kaki membawa parang tua peninggalan almarhum ayahnya dan keranjang bambu yang mulai rapuh. Ia masuk ke hutan sendirian, menyusuri semak-semak untuk mencari dahan kering. Setelah kayu terkumpul, ia ikat dengan tali, lalu memanggulnya ke pasar. Kayu bakar itu dijual dengan harga murah, tapi hanya itulah sumber penghasilan yang ia miliki.
Ibunya, Sarti, sudah lama sakit-sakitan. Badannya lemah, sering batuk-batuk, dan tidak bisa bekerja. Yuni-lah yang menjadi tulang punggung keluarga kecil itu. Setiap kali pulang membawa uang hasil penjualan kayu, Yuni langsung membeli beras, garam, atau kalau beruntung bisa membeli ikan asin untuk lauk.
Namun uang itu sering kali tidak cukup. Ada kalanya Yuni dan ibunya hanya makan nasi dengan garam atau singkong rebus yang ia dapat dari tetangga yang iba. Rasa lapar sudah menjadi bagian dari hidup mereka.
“Yuni, jangan terlalu capek di hutan,” kata ibunya suatu pagi, ketika Yuni sedang menyiapkan keranjang.
“Tidak apa-apa, Bu. Kalau Yuni tidak kerja, kita mau makan apa?” jawab Yuni dengan senyum kecil, walaupun hatinya sendiri perih.
Yuni selalu berusaha tegar di depan ibunya. Ia tidak mau ibunya tambah sedih. Padahal, sering kali tubuhnya sendiri terasa lelah. Bahunya sakit karena terlalu sering memanggul kayu berat. Tangannya kapalan, kulitnya menghitam terbakar matahari. Kadang ia ingin menyerah, tapi setiap melihat wajah ibunya, semangat itu kembali muncul.
Di desa, Yuni tidak punya banyak teman. Kebanyakan orang meremehkannya karena miskin. Anak-anak muda sebayanya sudah menikah atau bekerja di kota, sementara Yuni masih bergelut dengan kayu bakar. Ada yang suka mengejek, “Kasihan, umur sudah dua puluh empat masih juga cari kayu. Mana ada yang mau sama dia.”
Ucapan-ucapan seperti itu sering didengar Yuni. Rasanya sakit, tapi ia memilih diam. Baginya, lebih baik menahan hinaan daripada membalas. Ia percaya suatu hari nanti hidupnya akan berubah, meski entah bagaimana caranya.
Sore itu, setelah menjual kayu di pasar, Yuni pulang dengan langkah lelah. Di tangan kanannya ada beberapa bungkus beras kecil dan sepotong ikan asin. “Alhamdulillah, masih bisa makan malam ini,” gumamnya. Sesampainya di rumah, ibunya sudah menunggu di tikar lusuh.
“Yuni dapat apa hari ini?” tanya ibunya pelan.
“Beras, Bu. Sama ikan asin sedikit. Malam ini kita bisa makan enak,” jawab Yuni sambil tersenyum, meski air matanya hampir menetes karena merasa iba.
Mereka makan bersama. Ikan asin yang kecil dibagi dua. Ibunya memaksa agar Yuni makan lebih banyak, tapi Yuni diam-diam memberikan bagian lebih besar untuk ibunya. Ia sendiri hanya makan sedikit, tapi berpura-pura kenyang. Itulah kebiasaannya sejak dulu.
Semoga cerita ini menghibur , dukung trus channel ini agar trus berkembang dan menyajikan kisah kisah menarik,haru,sedih,bahagia,inspiratif,dan lainnya.
#kisahnyata
#kisahinspiratif
#ceritainspirasikehidupan
#ceritainspirasi
#harimau
#harimaubenggala
#harimaujawa
#harimaumalaya
#harimauputih
#harimausumatera
#harimauselatan
#harimauutara
#ceritainspirasi
Доступные форматы для скачивания:
Скачать видео mp4
-
Информация по загрузке: