Journey of Larantuka - Labuan Bajo to Bali 2700 Kms+

Menjemput Matahari di Timur: Catatan Perjalanan 2,700 Kilometer ++
Perjalanan ini bukan sekadar tentang memutar gas, melainkan sebuah ziarah aspal melintasi gugusan pulau di Tenggara Indonesia. Sebanyak 28 mesin menderu bersama—sebuah harmoni ganjil namun gagah antara gema V-Twin Harley Davidson, raungan presisi BMW GS K51, dan nyanyian linear Kawasaki Versys.

Babak I: Tanah Flores yang Magis
Petualangan dimulai dari Larantuka, ujung timur Pulau Flores. Di bawah naungan Gunung Lereboleng, barisan motor mulai bergerak menyisir pesisir menuju Maumere. Jalanan berkelok dengan aspal yang menantang menguji ketangkasan rider BMW GS dan kelincahan Versys, sementara para penunggang Harley menikmati torsi melimpah di tengah hembusan angin laut.

Perjalanan berlanjut ke Ende. Di sini, sejarah dan alam menyatu. Kami sempat tertegun di kaki Danau Kelimutu sebelum melanjutkan perjalanan menuju Ruteng. Jalur ini adalah "pestanya" para petualang; tanjakan curam dan tikungan tajam khas pegunungan Manggarai memaksa konsentrasi penuh, di mana suhu udara mulai menurun dan kabut tipis menyapa jaket riding kami.

Babak II: Menuju Gerbang Komodo
Turun dari ketinggian Ruteng, rute membawa kami ke Labuan Bajo. Kota pelabuhan ini menjadi titik jeda sejenak. Melihat deretan motor terparkir rapi dengan latar belakang kapal phinisi dan matahari terbenam adalah pemandangan yang tak ternilai harganya. Persaudaraan antar rider semakin erat di sini, melampaui perbedaan logo di tangki bahan bakar.

Babak III: Menyeberang ke Tanah Karang dan Sasak
Setelah menyeberangi Selat Sape, rombongan tiba di Bima, Pulau Sumbawa. Jalur lintas Sumbawa adalah ujian ketahanan fisik. Jalanan lurus yang panjang di bawah terik matahari yang menyengat menjadi panggung utama bagi Harley Davidson untuk melaju stabil, sementara suspensi BMW GS dan Versys meredam tekstur jalanan yang terkadang tak terduga.

Memasuki Lombok, suasana berubah. Kami disambut oleh aspal mulus di sekitar kawasan Mandalika. Deru 28 motor ini bergema di sirkuit kebanggaan Indonesia sebelum akhirnya kami menuju Pelabuhan Lembar untuk penyeberangan terakhir.

Babak IV: Garis Finish di Pulau Dewata
Kapal feri bersandar di Padang Bai. Denpasar, Bali, sudah di depan mata. Saat roda-roda kami menyentuh aspal Bali, ada rasa haru yang menyeruak. Dari Larantuka yang tenang hingga Denpasar yang kosmopolitan, kami telah melewati ribuan tikungan, debu lintas provinsi, dan beragam cuaca.

28 Motor, 3 Merek berbeda, 1 Tujuan. Kami tidak hanya membawa pulang debu di mesin atau ban yang mulai menipis, tapi kami membawa pulang jiwa Indonesia Timur yang keras namun indah. Touring ini membuktikan bahwa di atas aspal, kita semua sama: penikmat kebebasan.