Kiprah Klatenan Dua Kelir Dalam Budhalan Pada Pagelaran Wayang Kulit: Lancaran Teropong Bang Pl. 6
Автор: Herman Goodeal Vlog
Загружено: 2019-08-08
Просмотров: 2226
Kiprah Klatenan (Kiprahan) Dua Kelir Dalam Adegan Budhalan Pada Pagelaran Wayang Kulit: Lancaran Teropong Bang Laras Pelog Pathet Nem
Kiprah atau kiprahan bukanlah kata yang asing lagi di jagat seni pertunjukan, baik pertunjukan tari maupun wayang. Dalam Kamus Baoesastra Djawa dijelaskan, bahwa kiprah adalah djingklak-djingklak djedjogedan - boengah banget - (Poerwadarminta, 1939:224); yang jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti menari atau tarian yang menggambarkan kegembiraan suasana hati. Sama halnya pada pertunjukan pakeliran atau wayang kulit, pengertian kiprah juga demikian. Hal ini tercermin melalui gerak boneka wayang dan suara tokoh wayang yang disajikan oleh seorang dalang.
Kendatipun begitu pada pertunjukan wayang kulit secara tradisi setiap kiprah memiliki keunikan yang spesifik. Spesifikasi keunikan inilah yang kemudian disebut dengan gaya. Supanggah berpendapat, bahwa gaya adalah kekhasan atau kekhususan yang ditandai oleh ciri fisik, estetik, dan/atau sistem bekerja (garap) yang dimiliki oleh atau yang berlaku pada (atau atas dasar inisiatif dan/atau kreativitas) perorangan, kelompok (masyarakat seni), atau kawasan (budaya) tertentu yang diakui eksistensinya oleh dan/atau berpotensi untuk mempengaruhi individu, kelompok (masyarakat), atau kawasan (budaya, musik, kesenian) lainnya, baik itu terberlakukan dengan sengaja atau tidak, maupun yang terjadi atas hasil dari berbagai cara dan/atau bantuan dari berbagai sarana dan/atau media (Supanggah, 2002:137). Dengan demikian dapat dikonklusikan, bahwa gaya kiprahan dalam pertunjukan wayang kulit merupakan kekhususan atau kekhasan yang diisyaratkan melalui elemen fisik, estetik, dan garap yang dimiliki oleh seorang dalang maupun sekelompok dalang, di mana hal tersebut diakui eksistensinya sehingga mempunyai daya untuk dirujuk oleh seorang dalang maupun sekelompok dalang lain baik disengaja atau tidak maupun dengan cara tertentu.
Gaya kiprahan dapat dikategorikan menjadi beberapa gaya seperti gaya Surakarta, gaya Kedung Banteng, gaya Klaten, dsb. Sementara untuk menyebut sebuah gaya tertentu, para pelaku terbiasa mengatakannya dengan menambahkan akhiran –an pada nama gaya yang dirujuk. Misalnya, gaya Kedung Banteng dituturkan dengan istilah “kedhung banthengan”; gaya Klaten dilafalkan dengan istilah “klatenan”; dan lain sebagainya. Terkecuali untuk gaya Surakarta biasanya dituturkan dengan istilah “nyolo” atau “nyoloan”. Kadang kala juga dikatakan dengan istilah “soloan”.
Bersinggungan dengan kiprah klatenan, merupakan salah satu gaya kiprahan yang tergolong popular di telinga para generasi dalang muda. Hal ini terbukti di berbagai diskusi dengan topik budhalan, istilah kiprah sering kali muncul mewarnai pembicaraan. Meski demikian, juga tidak jarang mengalami kemacetan pada saat menginjak pada hal-hal yang bersangkutan dengan penyajiannya.
Sehubungan dengan kesenjangan di atas, konten dalam video yang berwujud audio-visual ini ialah salah satu contoh kiprah klatenan yang disajikan oleh dua orang dalang sekaligus. Dua dalang itu ialah Halintar Cokro Padnobo dan Adi Joyopawiro serta penulis sendiri yang bertindak menyajikan ricikan (instrumen) kendang. Hal ini dimaksudkan supaya garap kiprah klatenan yang termuat dalam konten video ini dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran bagi mereka yang ingin mempelajari kiprahan tersebut, baik dari sudut garap pakeliran maupun karawitannya. Oleh sebab itu, video ini sengaja dipublikasikan agar dapat memberikan sepercik manfaat pada mereka yang mendengar dan melihat.
Sebagai upaya untuk mempermudah dalam mempelajari garap karawitannya, di sini telah dicantumkan gendhing yang digunakan untuk membangun suasana dalam kiprah klatenan yang termuat dalam video ini. Gendhing yang dimaksud, yaitu Lancaran Teropong Bang Laras Pelog Pathet Nem.
Berkenaan dengan sumber, video ini merupakan keratan dari hasil dokumentasi pertunjukan wayang kulit yang telah digelar semalam suntuk di Menggungan, Ngemplak, Sawahan, Boyolali, Jawa Tengah dengan Lakon Pandawa Prawirayuda. Detailnya, pertunjukan tersebut diselenggarakan oleh masyarakat setempat dalam rangka memperingati upacara bersih desa.
Selamat melihat dan mendengarkan secara seksama...
Доступные форматы для скачивания:
Скачать видео mp4
-
Информация по загрузке: