Jejak pelabuhan rantau di pesisir Minangkabau
Автор: Raka sya
Загружено: 2025-09-27
Просмотров: 101
Pariaman adalah salah satu kota tertua di pantai barat Pulau Sumatera, yang menyimpan sejarah panjang sebagai kawasan rantau Minangkabau yang sangat strategis.
Masa Kejayaan Perdagangan (Abad ke-16)
Jauh sebelum menjadi kota otonom, Pariaman telah dikenal oleh dunia sebagai pelabuhan dagang yang ramai sejak sekitar tahun 1500-an. Nama Pariaman sendiri diperkirakan berasal dari kata "Parik Nan Aman" (pelabuhan yang aman) atau kata dalam bahasa Arab "Barri Aman" (daratan yang aman).
Jalur Sutra Bahari: Catatan tertua, yang ditulis oleh pelaut Portugis bernama Tomec Pires antara tahun 1513-1515, menyebutkan bahwa Pariaman sudah menjadi bagian dari kawasan rantau Minangkabau dan merupakan pelabuhan penting yang menghubungkan perdagangan antara India dengan wilayah pantai barat seperti Tiku dan Barus.
Komoditas Unggulan: Kapal-kapal dagang dari Gujarat, Portugis, Belanda, dan Inggris silih berganti mengunjungi Pariaman untuk membarter kain dengan komoditas lokal yang sangat diminati, seperti emas, lada, kopi, pinang, gaharu, kapur barus, lilin, dan madu.
Pusat Penyebaran Islam: Pariaman juga dikenal sebagai salah satu pusat awal pengembangan ajaran Islam di pantai barat Sumatera, dibuktikan dengan keberadaan makam ulama besar seperti Syekh Burhanuddin.
Periode Kolonial dan Penurunan Fungsi Pelabuhan
Kehadiran bangsa-bangsa asing membawa pengaruh besar, khususnya pada masa penjajahan.
Perebutan Wilayah: Karena posisinya yang strategis sebagai gerbang keluar masuk hasil bumi Minangkabau, Pariaman menjadi wilayah yang diperebutkan oleh kekuatan Eropa, terutama Belanda.
Pergeseran Ekonomi: Pelabuhan Pariaman mulai kehilangan pamor dan menjadi sepi seiring dengan kebijakan Belanda yang mengembangkan jalur kereta api dari Padang ke Pariaman pada tahun 1908 dan mengalihkan aktivitas pelabuhan besar ke Teluk Bayur (Emmahaven) di Padang.
Menuju Kota Otonom
Secara administratif, Pariaman mengalami perkembangan bertahap:
Kota Administratif: Sebelumnya, Pariaman berstatus sebagai Kota Administratif (Kotif) di bawah Kabupaten Padang Pariaman, sejak tahun 1986.
Pemekaran: Setelah melalui perjuangan panjang, Pariaman akhirnya resmi berdiri sebagai Kota Otonom pada 2 Juli 2002, berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2002. Pembentukan ini memisahkan Kota Pariaman dari Kabupaten Padang Pariaman.
Saat ini, Kota Pariaman terus berkembang dengan mengandalkan potensi pariwisata bahari dan sebagai daerah penyangga di kawasan metropolitan Palapa (Padang-Lubuk Alung-Pariaman). Kota ini tetap menjaga warisan budaya dan sejarahnya, termasuk tradisi khas seperti Pesta Budaya Hoyak Tabuik.
#berita
#informasi
#budaya
#rakasya #Pariaman #KotaTertua #RantauMinangkabau #PesisirBaratSumatera #SejarahPelabuhan

Доступные форматы для скачивания:
Скачать видео mp4
-
Информация по загрузке: