SYAIR DO'A PERJUANGAN NAHDLATUL ULAMA - MILADIA NUR

Syair doa perjuangan NU ini merupakan karya Tuan Guru Haji (TGH) Lalu Muhammad Faishal bin Abdul Hannan, Pendiri Pondok Pesantren Manhalul Ulum al-Islamiyah, Praya Lombok Tengah. Beliau yang dilahirkan pada tahun 1925 ini merupakan tokoh ulama terpandang yang pernah menjadi Rais Syuriah PWNU Nusa Tenggara Barat (NTB) dari tahun 1968 hingga tahun 1996.

Kecintaan dan keteguhan sikap TGH Lalu Muhammad Faishal terhadap NU luar biasa. Hal ini terlihat dari sikap dan konsistensi beliau terhadap NU yang juga terlihat dari syair doa perjuangan yang beliau karang. KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sendiri mengakui kegigihan beliau dalam ber-NU, dan sempat menuliskan kesan mendalam paskawafat beliau pada tanggal 3 Februari 1995, dengan menulis sebuah artikel di Harian Kompas, berjudul “Tuan Guru Faisal, Potret Kepribadian NU”.

Adapun syair doa ini, kemungkinan disusun sebelum Muktamar NU ke-27 di PP. Salafiyah Syafi’iyyah, Sukorejo Asembagus Situbondo Jawa Timur. Hal ini bisa dilihat melalui tashih yang diberikan oleh Allahuyarham KH. Ali Maksum, yaitu tanggal 18 Rabi’ Awwal 1405 H. (atau tanggal 11 Desember 1984 M). Melihat tanggal tersebut berarti syair tersebut ditashih di tengah perhelatan Muktamar NU ke-27 di Situbondo, yang berlangsung pada tanggal 15-19 Rabi’ Awwal 1405, bertepatan tanggal 8-12 Desember 1984.

Syair doa yang bermakna sangat mendalam ini layak untuk dibaca dan dilantunkan oleh kalangan santri dan kader Nahdliyin di manapun berada. Isinya adalah harapan agar NU sebagai perkumpulan ulama dan santri pecinta ulama, dapat senantiasa menjadi garda terdepan dalam perjuangan agama, dan senantiasa bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena pesannya sangat penting, hingga Allahuyarham KH. Ali Maksum menganjurkan agar syair doa ini dihafal luar kepala layaknya surat al-Fatihah

#muslimat #fatayat #islamituindah