Ngariksa 141 | Melukis Hamzah Fansuri: Dari Subulussalam Untuk Dunia | Kang Oman bersama M. Yasir

Assalamu’alaikum, Sampurasun...

Sobat ɴɢᴀʀɪᴋꜱᴀ,

Syekh Hamzah Fansuri adalah tokoh besar. “Bapak Sastra Melayu, kata Abdul Hadi WM, atau “Sang Pemula Puisi Indonesia”, A. Teeuw menyebutnya.

Pada 11 April 2025, dunia, melalui UNESCO, menabalkan karya-karya Hamzah Fansuri sebagai ingatan dunia (Memory of the World). Pengusulan dilakukan oleh Perpusnas RI bersama Perpustakaan Negara Malaysia (PNM). Saya tahu persis, Tim di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) juga melakukan langkah-langkah pro aktif mendukungnya.

Seperti apa gambaran rupa Hamzah Fansuri? Tak ada yang tahu. Maklum, pada abad 16 belum ada fotografi. Celakanya, di dunia maya bertebaran ilustrasi foto yang ditampilkan sekenanya.

Situasi ini yang mendorong seniman muda kelahiran Tanah Singkil, M. Yasir Bancin, untuk berinisiatif menggores kuas, melukis rupa Hamzah Fansuri. Saya berkesempatan berbincang dengannya di Pendopo Kota Subulusssalam, Aceh, beberapa waktu lalu.

Tidak sekadar berbasis riset, ia juga berkomplasi sepenuh jiwa untuk merekanya. Bung Yasir tidak sendirian, ia berkolaborasi bersama dua peneliti muda di ISRAC (Institute for Singkel Research on Adat and Culture), Bung Ramli Cybro dan Zulfikar Pohan.

“Ada beberapa tahapan saat melukis Syekh Hamzah Fansuri ini”, papar Mas Yasir, “persiapan, elaborasi, inkubasi, dan perenungan spiritual. Saya ingin menghindari perdebatan, sesederhana mungkin saya buat,” ucapnya dengan tulus.

“Apakah sempat bermimpi ketemu Syekh Hamzah Fansuri saat berkontemplasi?”, saya bertanya. Yuk, simak jawaban dan obrolan selengkapnya di Podcast Ngariksa #141, Jumat, 2 Mei 2025, pukul 20.00 WIB, hanya di YouTube Ngariksa TV

Dukung pelestarian manuskrip dengan subscribe dan komentar di YouTube Ngariksa atau FB @OmanFathurahman.

Mari menatap masa depan dengan merawat masa silam.

Salam Ngariksa,
𝕂𝕒𝕟𝕘 𝕆𝕞𝕒𝕟