Purbaya Sikat Mafia Impor Thrifting!

“Purbaya Sikat Mafia Impor Thrifting!”

Indonesia kini menyaksikan pertarungan baru di sektor tekstil dan ekonomi bawah tanah.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa bergerak tegas — mengancam akan membongkar sindikat impor pakaian bekas ilegal yang selama ini merugikan negara.

Purbaya ingin menutup celah yang selama bertahun-tahun memungkinkan baju bekas impor ilegal—atau “balpres”—masuk ke pasar lokal tanpa hambatan.

Menurutnya, dalang di balik arus besar pakaian ilegal itu akan diusut habis. “Nanti kita cegat di pelabuhannya, kita periksa lebih teliti lagi,” tegasnya dalam konferensi pers.

Langkahnya tak main-main: Purbaya menyatakan akan melakukan investigasi mendalam terhadap para importir.
Ia yakin: kalau dulu mereka bisa “lepas”, ke depannya tidak akan sesederhana itu lagi.

Tidak cukup hanya dengan penyelidikan — Purbaya juga menyiapkan kebijakan bea masuk tambahan.
Ini bukan bea biasa: ia mengusulkan bea masuk anti-dumping (BMAD) dan bea tindakan pengamanan (BMTP) untuk melindungi industri tekstil dalam negeri.

Di tengah perang kebijakan ini, Purbaya juga menunjuk jari tajam: pihak-pihak yang terang-terangan mendukung impor pakaian bekas ilegal disebutnya sebagai “penjahat”.

Tak segan, Purbaya menyatakan, siapa yang menolak upayanya akan didatangi oleh bea cukai.

Tindakan keras ini mendapat dukungan dari aparat penegak hukum.
Bareskrim Polri menyatakan dukungan penuh. Wakabareskrim Irjen Nunung Syaifuddin bahkan menyebut bahwa polisi siap menindak pelanggaran, baik di laut maupun di darat, kerja sama dengan Bea Cukai.

Purbaya pun tak segan menuding bahwa para pedagang thrifting yang menolak kebijakan ini adalah bagian dari mafia impor.

"Kalau yang pelaku thrifting menolak, saya tangkap duluan mereka," ujar Purbaya — sebuah ancaman yang menunjukkan betapa seriusnya ia melihat masalah ini.

Di sisi lain, Purbaya mengkritik sistem lama yang dianggap merugikan negara.
Selama ini, pemusnahan pakaian bekas ilegal dianggap cukup. Namun menurut Purbaya, itu malah menguras anggaran negara. Lebih parah, pelaku sering tidak didenda secara materil.

Oleh karena itu, Purbaya ingin para importir ilegal “diblacklist” — agar tak bisa impor selamanya.

Tapi bukan hanya sikap keras yang dia bawa.
Purbaya punya solusi ekologis dan pragmatis: sebagian pakaian bekas ilegal akan diproses ulang — dicacah dan dijual ke UMKM.

Menurutnya, cara ini bisa menyelamatkan negara dari kerugian sekaligus memberi manfaat bagi pelaku usaha kecil dan menengah.

Langkah ini menunjukkan satu pesan jelas: Purbaya tidak mau setengah jalan.
Ia ingin membersihkan rantai impor ilegal, melindungi industri domestik, dan memastikan bahwa praktik ilegal tak lagi berdampak negatif bagi negara dan rakyat.

Tapi ancamannya jelas berat: mafia impor balpres yang kuat, pedagang thrifting yang merasa haknya diserang, dan kepentingan ekonomi skala besar semuanya berada di garis bidik.

Lalu muncul pertanyaan besar:
Apakah penegakan hukum akan berjalan mulus?
Bisakah sistem bea cukai dan aparat bersinergi dalam jangka panjang?
Dan apakah solusi daur ulang ini cukup untuk memutus rantai ilegal yang telah lama mengakar?

Indonesia menantikan jawaban — karena bila Purbaya menang dalam perang ini, bukan hanya industri tekstil yang bisa diuntungkan.
Rakyat kecil, pelaku UMKM, dan pemerintahan itu sendiri bisa jadi pemenang sejati.

Dan bagi para mafia impor baju bekas ilegal, satu ancaman telah mereka rasakan:
Purbaya datang… dan dia tidak main-main.

#purbayayudhisadewa #purbaya #menkeu

Lampung Post Update - Channel berita terkini dan breaking news seputar politik Indonesia, pemerintahan, korupsi, dan fenomena viral nasional. Dapatkan update terbaru tentang Prabowo, Gibran Rakabuming, Purbaya, dan tokoh politik lainnya. Kami hadirkan talkshow politik, podcast berita, analisis mendalam, dan liputan eksklusif dari Lampung hingga nasional. Subscribe untuk berita viral dan trending topic setiap hari.

URL Channel
   / @lampungpostupdate  

Lampung Post Update
https://s.id/lampungpostupdate

Lampost.co
https://www.lampost.co/

Harian Umum Lampung Post
  / lampost.co  

Twitter Lampost.co
  / lampostco