Kesaksian Jenderal Minang Pertama Kali Kenal Soeharto Sampai G30S PKI Pun Meletus
Автор: Intel Melayu
Загружено: 2025-10-24
Просмотров: 17808
Kesaksian Jenderal Minang Pertama Kali Kenal Soeharto Sampai G30S PKI Pun Meletus
Alamsyah Ratu Perwiranegara adalah salah satu jenderal berdarah Minang yang karirnya bisa dikatakan sukses. Pensiun dari TNI dengan pangkat terakhir Letjen dan pernah pula jadi menteri. Alamsyah juga tercatat sebagai salah satu jenderal yang pernah begitu dipercaya Jenderal Soeharto, Pangkostrad yang kemudian menjadi Presiden Republik Indonesia.
Lalu bagaimana awal mula Alamsyah kenal dengan Soeharto? Dalam buku,"Di antara para sahabat: Pak Harto 70 tahun," Alamsyah bercerita, perkenalannya dengan Soeharto atau Pak Harto terjadi ketika Pak Harto menjadi Deputi I di Markas Besar Angkatan Darat. Ketika itu Alamsyah masih perwira menengah yang diperbantukan pada Pak Harto. Pada waktu itu Pak Harto sudah Brigjen.
"Saya Letnan Kolonel yang baru saja pulang ke tanah air setelah menyelesaikan sekolah kemiliteran di India. Jadi di Mabad inilah saya mengenal beliau dari dekat yaitu dalam kerangka hubungan formal fungsional," kata Alamsyah.
Alamsyah melanjutkan ceritanya. Waktu Pak Harto masih menjadi Panglima Divisi Diponegoro, ia hanya mengenal Pak Harto dari jauh saja, karena ia bertugas di Palembang.
Pada akhir tahun 1960 ketika Pak Harto mendapat tugas sebagai Panglima Mandala Pembebasan Irian Barat, Alamsyah bersama dengan beberapa orang perwira, antara lain Kolonel Achmad Wiranatakusumah dan Letkol Dharsono dan beberapa perwira menengah lainnya, membantu Pak Harto untuk mempersiapkan semua rencana yang akan dilakukan sehubungan dengan tugas Pak Harto tersebut.
"Tetapi saya tidak dapat terus membantu beliau, karena saya dikirim ke Amerika Serikat untuk belajar di US Army Command and General College, Fort Lavenfort, Kansas. Ketika saya pulang pada pertengahan tahun 1962, Pak Harto sudah menjadi Panglima Kostrad dan kemudian saya diangkat menjadi Asisten VII Bidang Perbendaharaan Men/Pangad," kata Alamsyah.
Intensitas hubungannya dengan Pak Harto kata Alamsyah pada waktu itu memang meningkat. Pada masa konfrontasi dengan Malaysia, dimana Pak Harto menjadi komandannya, hubungannya dengan Pak Harto menjadi lebih sering lagi. Bidang tugasnya saat itu meliputi pengaturan segala hal yang terkait dengan pembiayaan, perlengkapan dan semua yang berhubungan dengan keperluan pasukan, baik yang di Kalimantan mau pun Sumatera.
"Waktu itu kami bersama Jenderal Achmad Yani, Men/Pangad/Kaskoti, sering berkeliling daerah di seluruh Indonesia untuk memeriksa kesiapan di lapangan dalam rangka konfrontasi tersebut," ujar Alamsyah.
Menurut Alamsyah, tiga hari setibanya dari suatu perjalanan keliling itulah meletus peristiwa G30S/PKI. Jenderal Yani gugur ditembak pemberontak Gerakan 30 September. Pada hari itu juga Alamsyah dipanggil Pak Harto untuk datang menghadap di Kostrad. Keadaan memang sangat ruwet, karena belum mengetahui siapa yang PKI dan siapa yang . bukan.
"Pada mulanya kami hanya melihat dari sudut pemberontakannya saja. Menurut perkiraan kami, peristiwa tersebut akan dapat dengan cepat ditumpas. Tetapi ternyata masalah tersebut sangat ‘kompleks, karena kami harus berhadapan dengan sikap Bung Karno dan militer yang berhaluan PKI dan seluruh slagorde PKI," tutur Alamsyah.
Dalam menghadapi pemberontakan PKI itu, kata Alamsyah, Pak Harto menunjukkan sifatnya yang tegas, cepat dan gesit tetapi penuh dengan perhitungan yang matang. Melalui peristiwa-peristiwa itulah Alamsyah baru dapat memahami pendirian dan sifat Pak Harto.
Доступные форматы для скачивания:
Скачать видео mp4
-
Информация по загрузке: