Kesatuan Kekristenan Awal Ditemukan dalam Keberagaman, Bukan Dalam Ortodoksi Tunggal
Автор: LayarTEOLOGI
Загружено: 2025-06-29
Просмотров: 234
Kesatuan Kekristenan Awal Ditemukan dalam Keberagaman, Bukan Dalam Ortodoksi Tunggal
Dunn, J. D. G. (1977). Unity and Diversity in the New Testament: An Inquiry into the Character of Earliest Christianity. SCM Press.
Buku ini mengeksplorasi poin sentral "Kesatuan Kekristenan Awal Ditemukan dalam Keberagaman, Bukan Dalam Ortodoksi Tunggal " melalui beberapa aspek utama:
• Kerygma (Pemberitaan Injil): Sumber menunjukkan bahwa ada "kerygmata" yang beragam (bentuk-bentuk pemberitaan Injil yang berbeda), bukan hanya satu "kerygma" yang tetap, meskipun ada elemen umum atau "inti kerygma" yang abstrak. Yesus memberitakan Kerajaan Allah, sementara orang Kristen awal memberitakan tentang Yesus. Perbedaan ini sering kali mencerminkan konteks dan situasi yang berbeda.
• Rumusan Pengakuan Iman Awal: Pengakuan iman dasar seperti "Yesus adalah Anak Manusia," "Yesus adalah Mesias," "Yesus adalah Anak Allah," dan "Yesus adalah Tuhan" adalah primitif dan fundamental. Pengakuan-pengakuan ini menekankan keyakinan bahwa Yesus yang historis kini adalah entitas yang dimuliakan, dan ini merupakan "dasar dari iman Kristen yang diakui dalam tulisan-tulisan Perjanjian Baru". Namun, rumusan ini bervariasi tergantung pada konteks komunitas (misalnya, "Yesus adalah Mesias" dominan di Palestina Yahudi, "Yesus adalah Anak Allah" di lingkungan Yahudi Helenistik, dan "Yesus adalah Tuhan" di antara orang Gentile).
• Peran Tradisi dan Penggunaan Perjanjian Lama: Transmisi tradisi tentang Yesus menunjukkan tingkat keberagaman yang mencolok. Demikian pula, penafsiran Perjanjian Lama oleh orang Kristen awal sangat bervariasi, menggunakan metode seperti midrash, pesher, dan tipologi. Seringkali, interpretasi ini melibatkan modifikasi tekstual untuk mendukung poin yang dibuat dalam kaitannya dengan Injil.
• Spirit dan Pengalaman Keagamaan: Pengalaman keagamaan adalah inti dari Kekristenan awal, dengan penekanan pada peran Roh Kudus. Meskipun ada keragaman dalam pengalaman ini, khususnya dalam kekristenan yang "antusias" dan pendekatan yang lebih individualistik, Dunn menunjukkan bahwa perspektif Paulus menawarkan keseimbangan antara wahyu saat ini dan tradisi masa lalu, serta antara individu dan komunitas.
• Kristologi (Pemahaman tentang Kristus): Meskipun ada "satu Yesus," terdapat "banyak kristologi" dalam Perjanjian Baru. Elemen pemersatu di sini adalah penegasan identitas antara Yesus dari Nazaret yang historis dan Tuhan yang bangkit. Injil Yohanes, misalnya, digambarkan sebagai upaya untuk menerjemahkan Injil ke dalam bahasa dan pola pikir sinkretistik, bahkan mendekati kecenderungan gnostik, sambil secara sadar menentang pandangan dosetis tentang Yesus.
• Keragaman dalam Komunitas Kristen Awal: Buku ini menganalisis beragam kelompok seperti Kekristenan Yahudi, Kekristenan Helenistik, dan Kekristenan Apokaliptik, menunjukkan bagaimana perbedaan teologis muncul dalam konteks budaya dan sosial yang berbeda. Bahkan dalam Injil Markus dan Lukas, ada reinterpretasi dan penyesuaian ajaran Yesus tentang eskatologi untuk mengatasi tantangan zaman mereka.
Secara keseluruhan, Dunn berpendapat bahwa Kanon Perjanjian Baru sendiri menyediakan "dasar bagi keberagaman pengakuan", dan bahwa upaya untuk secara kaku membatasi atau menstandarisasi iman dalam satu rumusan yang final merupakan "dosa modern terhadap Roh Kudus". Dia menekankan bahwa rumusan kredo dan bahasa manusia adalah terbatas dan bersifat sementara dalam menangkap realitas ilahi, dan "Firman di dalam perkataan" akan selalu melampaui pemahaman kita yang lengkap.
Доступные форматы для скачивания:
Скачать видео mp4
-
Информация по загрузке: