ANDREAS: SI JEMBATAN YANG MEMBAWA JIWA KEPADA YESUS

Andreas bukan siapa-siapa dalam skala dunia. Cuma nelayan dari Betsaida, Galilea—kerja bareng kakaknya, Simon Petrus. Tapi satu peristiwa kecil, satu momen sederhana, mengubah segalanya. Saat ia mendengar Yohanes Pembaptis berkata, “Lihatlah Anak Domba Allah!” (Yohanes 1:36), ia langsung bereaksi. Bukan dengan debat atau ragu-ragu. Ia langsung mengikuti Yesus. Hari itu, ia tinggal bersama-Nya.
Tapi bukan itu klimaksnya.
Setelah mengenal Yesus, dia tidak menyimpan sukacita itu untuk dirinya sendiri. Hal pertama yang ia lakukan? Ia cari Petrus—saudaranya sendiri—dan berkata:
“Kami telah menemukan Mesias!”
Lalu ia membawa Petrus kepada Yesus (Yohanes 1:41-42).

Selama pelayanan Yesus, Andreas gak banyak terlihat di panggung depan. Namanya gak sepopuler Petrus, Yohanes, atau bahkan Yudas. Tapi dia selalu muncul di momen-momen penting. Saat ribuan orang kelaparan, Andreaslah yang berkata:
“Di sini ada seorang anak, yang punya lima roti dan dua ikan...” (Yohanes 6:8-9).
Mungkin saat itu orang lain menganggap itu gak cukup. Tapi Andreas percaya, apa pun yang dibawa kepada Yesus pasti bisa dipakai secara luar biasa.
Dan kita tahu akhir ceritanya: ribuan orang kenyang.

Andreas juga hadir saat sekelompok orang Yunani ingin bertemu Yesus (Yohanes 12:20-22). Mereka gak tahu jalan, gak tahu caranya. Mereka datang ke Filipus, Filipus bingung, lalu Andreas turun tangan.
Ia tahu tugasnya: bukan jadi tujuan, tapi jadi jembatan. Ia bawa mereka ke Yesus.

Setelah kebangkitan, Andreas gak berhenti. Ia hadir di ruang atas waktu Roh Kudus dicurahkan (Kisah 1:13). Dan menurut sejarah gereja, ia pergi ke daerah-daerah seperti Skithia, Bitinia, hingga Yunani. Ia menyembuhkan, ia mengajar, ia menginjili. Tapi tetap dengan cara khasnya: satu per satu. Pribadi demi pribadi.
Hingga akhirnya, ia disalib di Patras, Yunani. Tapi Andreas merasa tidak layak mati seperti Tuhannya, maka ia minta disalib di salib berbentuk X.
Itulah akhir jasmaninya. Tapi bukan akhir warisannya.