Intuisi Tajam The Smilling General
Автор: Intel Melayu
Загружено: 2025-10-19
Просмотров: 4597
Intuisi Tajam The Smilling General
Kharis Suhud, yang pernah jadi Ketua MPR ini adalah seorang purnawirawan perwira tinggi TNI yang pensiun dari TNI dengan pangkat terakhir Letjen atau jenderal bintang tiga. Semasa aktif sebagai tentara dalam perjalanan karirnya, Suhud banyak bersentuhan dengan Jenderal Soeharto. Bahkan pernah jadi anak buahnya langsung sang jenderal besar tersebut. Dalam buku, Antara Para Sahabat: Pak Harto 70 Tahun," Kharis Suhud mengenang kembali pengalamannya saat menjadi anak buah Jenderal Soeharto.
Suhud bercerita, perkenalannya secara langsung dengan Jenderal Soeharto atau akrab dipanggil Pak Harto terjadi sekitar bulan November 1965 pada waktu dirinya menjabat Wakil Asisten I Menpangad dan berkantor di Markas Besar Angkatan Darat di Jalan Merdeka Utara. Waktu itu Pak Harto memegang pimpinan Angkatan Darat tapi masih merangkap sebagai Pangkostrad, sehingga beliau kadang-kadang berkantor di MBAD.
"Semula jabatan saya adalah Wakil Direktur Intelijen Staf Angkatan Bersenjata, kemudian pada bulan Oktober 1965 menerima keputusan pimpinan Angkatan Darat yang ditandatangani oleh Asisten III Pangad Mayjen. Pranoto untuk menjabat Kepala Staf Kodam II/Bukit Barisan di Medan, " kata Kharis Suhud.
Tapi pemindahan ke Medan ini batal, karena pada waktu Kolonel Tjokropranolo datang ke kantornya di Tebet, untuk menganalisa peristiwa G-30-S/PKI, kata Suhud, ia sekaligus berpamitan untuk melaksanakan perintah pemindahan ke Medan. Reaksi Kolonel Tjokropranolo adalah, ia keheranan tentang pemindahannya ke Medan itu.
"Pak Tjokropranolo yang menjabat sebagai Asisten Intel Kostrad waktu itu melaporkan kasus saya tersebut kepada Pak Harto, yang kemudian mengeluarkan surat keputusan baru yaitu bahwa saya dipindahkan ke MBAD sebagai Wakil Asisten I Menpangad, dan sekaligus membatalkan keputusan untuk saya mengenai pemindahan ke Medan," kata Suhud.
Kebetulan Asisten I Menpangad yang baru, yaitu Mayjen Sugih Arto yang harus menggantikan almarhum Letjen S Parman, yang gugur sebagai akibat G-30-S/PKI, belum menduduki jabatannya yang baru karena masih menjabat Duta Besar Indonesia di Rangoon, Birma. Dengan demikian Suhud sering ikut menghadiri rapat pimpinan Angkatan Darat yang kadang-kadang dipimpin langsung oleh Pak Harto.
"Saya menjabat Wakil Asisten I Angkatan Darat menggantikan Kolonel Yunus Samosir yang mendapat tugas masuk pendidikan di Seskoad Bandung, dan saya memegang jabatan ini dari tahun 1965 sampai tahun 1967, karena mendapat jabatan baru sebagai atase militer pada Kedutaan Besar RI di Washington DC, Amerika Serikat," kata Suhud.
Suhud melanjutkan ceritanya. Pada bulan September 1974, dirinya diangkat sebagai Ketua Misi Garuda ke Saigon, Vietnam Selatan. Indonesia bersama dengan Kanada yang kemudian digantikan oleh Iran, Hongaria, dan Polandia menjadi anggota ICCS singkatan International Commission for the Control of Cease Fire in South Vietnam. Pada pertengahan Maret 1975 Vietnam Utara melancarkan serangan umum terhadap Vietnam Selatan yang mengakibatkan seluruh Vietnam Selatan, kecuali ibukota Saigon dan sekitarnya, jatuh ke tangan Vietnam Utara.
"Dari Menhankam/Pangab saya menerima perintah untuk menarik mundur seluruh personil Garuda dan memulangkan mereka ke Jakarta. Mengingat bahwa semua anggota ICCS lainnya masih tetap di Saigon, penarikan mundur Garuda ke Jakarta menimbulkan protes dan reaksi keras dari ketua-ketua delegasi anggota ICCS lainnya dan selain itu juga protes keras pemerintah Vietnam Selatan dan sikap kurang enak dari Duta Besar Amerika Serikat di Saigon," ungkap Suhud.
Доступные форматы для скачивания:
Скачать видео mp4
-
Информация по загрузке: