Cerpen "Jejak Warna Rindu"
Автор: Guru Magang
Загружено: 2025-11-08
Просмотров: 29
120-second 3D cinematic animated short film in Pixar-style realism with warm lighting, soft depth of field, and emotional storytelling atmosphere.
Title: “Jejak Warna Rindu” — a heartfelt story of perseverance, art, and love for batik.
The setting moves between rural villages, classrooms, and the national batik competition stage.
Dialogue and narration are spoken in natural Indonesian, no captions, soft background music inspired by gamelan and piano.
🎞️ Scene Breakdown (Each 8 seconds):
Scene 1 (0:00–0:08)
Setting: Morning fog over rice fields. A small house stands quietly.
Narration: “Namanya Rindu — siswi SMKN 6 Jember, jurusan Kriya Kreatif Batik dan Tekstil.”
Scene 2 (0:08–0:16)
Setting: Rindu walking barefoot on a small path, carrying her torn school bag.
Dialogue: “Yang penting bisa menampung buku,” katanya sambil tersenyum.
Scene 3 (0:16–0:24)
Setting: Classroom filled with batik tools and bright fabrics.
Narration: “Bagi Rindu, batik bukan sekadar kain, tapi bahasa hati yang digambar dengan kesabaran.”
Scene 4 (0:24–0:32)
Setting: Rindu saves coins in a jar while her mother makes cakes beside her.
Narration: “Untuk membeli malam dan pewarna, ia menabung berminggu-minggu.”
Scene 5 (0:32–0:40)
Setting: School practice room at sunset. Bu Wulan speaks to Rindu.
Dialogue (Bu Wulan): “Rindu, kamu yakin masih mau ikut lomba batik nasional?”
Rindu: “Saya yakin, Bu. Saya punya semangat dan doa orang tua.”
Scene 6 (0:40–0:48)
Setting: Rindu mixes natural dyes from leaves and coffee.
Narration: “Ia memanfaatkan daun jati, kulit bawang, dan kopi untuk warna alami.”
Scene 7 (0:48–0:56)
Setting: Rindu carefully draws on cloth using a cracked canting.
Narration: “Motif batiknya ia beri nama ‘Langkah Ibu’ — simbol perjuangan cinta seorang ibu.”
Scene 8 (0:56–1:04)
Setting: Competition venue in Jakarta. Rindu sees other participants with modern tools.
Narration: “Di Jakarta, peralatan peserta lain jauh lebih canggih, tapi Rindu tetap tenang.”
Scene 9 (1:04–1:12)
Setting: Flashback of her mother’s smile at the doorstep.
Dialogue (Ibu): “Tak perlu jadi siapa-siapa, Nak. Cukup jadi dirimu.”
Scene 10 (1:12–1:20)
Setting: Rindu works focused, drawing patterns under warm light.
Narration: “Ia menggambar dengan tenang, setiap garis penuh doa.”
Scene 11 (1:20–1:28)
Setting: School hall. Students gather. Bu Wulan holds an envelope.
Dialogue (Bu Wulan): “Juara pertama Lomba Batik Nasional adalah… Rindu dari SMKN 6 Jember!”
Scene 12 (1:28–1:36)
Setting: Rindu cries and hugs her teacher as classmates cheer.
Narration: “Air mata bahagia jatuh bersama tepuk tangan kebanggaan.”
Scene 13 (1:36–1:44)
Setting: Rindu returns home; her parents wait on the terrace.
Dialogue (Ayah): “Nak… ini hadiah paling indah. Kau buktikan keterbatasan bukan alasan berhenti bermimpi.”
Scene 14 (1:44–1:52)
Setting: Family embraces under orange sunset light.
Narration: “Rindu belajar bahwa perjuangan melahirkan warna terindah dalam hidup.”
Scene 15 (1:52–2:00)
Setting: Close-up of batik cloth glowing in sunlight — pattern “Langkah Ibu.”
Dialogue (Rindu, soft voice):
“Warna batik paling indah bukan dari pewarna mahal, tapi dari ketulusan hati yang tak pernah menyerah.”
✨ Tone & Visual Style Notes:
Visual mood: warm, heartfelt, and cinematic.
Lighting: golden sunrise, sunset, and soft natural tones.
Music: emotional orchestral with gamelan undertone.
Camera style: gentle panning, soft zooms, emotional close-ups.
Atmosphere: nostalgic yet inspiring, highlighting art, family, and perseverance.
Доступные форматы для скачивания:
Скачать видео mp4
-
Информация по загрузке: