Menegangkan Pencarian Jenazah Kolonel Katamso dan Letkol Sugiono
Автор: Intel Melayu
Загружено: 2023-10-17
Просмотров: 659573
Menegangkan Pencarian Jenazah Kolonel Katamso dan Letkol Sugiono
Pencarian jenazah Kolonel Katamso ternyata lebih menegangkan ketimbang pencarian jenazah enam jenderal yang jadi korban penculikan komplotan Gerakan 30 September di Lubang Buaya. Kolonel katamso sendiri adalah Danrem 072 Pamungkas Yogyakarta ketika dia diculik anak buahnya yang mendukung G30S PKI. Selain Kolonel katamso, komplotan Gerakan 30 September di Yogyakarta juga menculik Kepala Staf Kor'em 072 Pamungkas Letkol Sugiono.
Kenapa lebih menegangkan, karena Kolonel Katamso dan Letkol Sugiono dibawa para penculik ke Markas Batalyon L yang berada di Kentungan. Maka, ketika Pangdam Diponegoro Brigjen Suryosumpeno sudah mulai menguasai keadaan dengan merebut kembali Markas Kodam Diponegoro dan Gedung RRI yang sebelumnya dikuasai oleh komplotan Gerakan 30 September, ia perlu menyusun strategi yang hati-hati untuk mengatasi keadaan. Sekaligus mencari dimana Kolonel Katamso dan Letkol Sugiono yang diculik berada.
Maka, ketika sudah didapat informasi jika Kolonel Katamso dan Letkol Sugiono di bawa ke Markas Batalyon L, Pangdam Diponegoro kemudian menyusun strategi. Ia pun, memerintahkan Kapten Suryotomo menjadi pimpinan sementara Batalyon L.
"Atas perintah Panglima Komando Daerah Militer VII/Diponegoro, Kapten Suryotomo ditugaskan untuk sementara waktu mengambil alih pimpinan Komando Batalion L," kata Sagimun MD dalam buku," Katamso" yang ditulisnya.
Kapten Suryotomo pun akhirnya bertugas di Markas Batalyon L. Dan tak mudah memang tugasnya, sebab ia berada di tengah pasukan yang ditenggarai mendukung Gerakan 30 September. Serta sebagian anggotanya ada yang terlibat dalam penculikan Kolonel Katamso dan Letkol Sugiono. Salah langkah saja, bisa memicu situasi yang tidak diinginkan.
Kemudian untuk mengokohkan konsolidasi kendali kekuatan Kodam Diponegoro, Brigjen Suryosumpeno pada tanggal 5 Oktober 1965 memerintahkan Kolonel Widodo yang menjabat sebagai Assisten 4 Kodam VII/Diponegoro untuk sementara memegang jabatan pimpinan Komando Resor Militer
72/Pamungkas.
"Ketika itu belum juga ada berita tentang kembalinya atau diketemukannya Kolonel Katamso dan Letnan Kolonel Sugiono, " tulis Sagimun dalam buku yang disusunnya.
Perkembangan terbaru kemudian didapatkan, ketika Kapten Rachmat Kepala Penerangan Kor'em 072 yang sempat ikut diculik bersama Kolonel Katamso kembali dengan selamat. Informasi tentang keberadaan jenazah Kolonel Katamso dan Letkol Sugiono pun kian menguat bahwa benar ada di sekitar Markas Batalyon L.
Pada tanggal 5 Oktober 1965, Panglima Kodam VII/Diponegoro Brigjen Suryosumpeno datang ke Yogyakarta mengerikan briefing kepada para perwira Garnisun Yogyakarta tentang kejadian-kejadian secara kronologis terkait peristiwa Gerakan 30 September.
Satu peleton kavaleri ditugaskan untuk membantu pejabat sementara Komandan Kor'em 072 Yogyakarta Kolonel Widodo. Pasukan ini diperbantukan untuk kesiapsiagaan dan mendukung usaha pembersihan terhadap unsur-unsur Gerakan 30 September serta upaya pencaharian terhadap Kolonel Katamso dan
Letkol Sugiono.
Pencarian Kolonel Katamso dan Letkol Sugiono pun kian diintensifkan. Kapten Suryotomo yang ditugaskan menjadi pinjaman sementara Batalyon L bertindak dengan hati-hati untuk memastikan dimana kedua perwira yang diculik itu disembunyikan.
"Kapten Suryotomo dan kawan-kawannya dengan giat dan tekun melakukan penelitian serta pengusutan tentang pembunuhan Kolonel Katamso dan Letkol Sugiono. Kapten Suryotomo banyak mendapat bantuan antara lain dari Pembantu Letnan Satu Loto Waludiyo. Dengan sangat hati-hati Kapten Suryotomo
menjalankan tugasnya, apalagi setelah ia mendapat pesan dari Panglima Kodam VII/ Diponegoro Brigjen Suryosumpeno yang di dalam bahasa daerah Jawa berbunyi kurang lebih sebagai berikut: "Sing ati-ati lho, nja nganti butek banyune. Artinya kira-kira: "Yang hati-hati ya, jangan
sampai keruh airnya." Tulis Sagimun MD dalam bukunya.
Masih menurut Sagimun MD, tugas ini memang sangat berat, karena Kapten Suryotomo dan kawan-kawannya harus berada dan bekerja di tengah-tengah pasukan, yakni pasukan Batalion "L" yang sedang dalam keadaan tegang dan tertekan, dimana sebagian terutama para perwira di pucuk pimpinan Batalyon telah terinfiltrasi pengaruh Biro Khusus PKI.
"Tindakan yang kurang bijaksana dan langkah-langkah yang diambil dengan tergesa-gesa tanpa pertimbangan yang masak dapat
menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan sama sekali," tulis Sagimun MD.
Доступные форматы для скачивания:
Скачать видео mp4
-
Информация по загрузке: