Kesaksian Seorang Prajurit Komando Terpaksa Menangkap Kawan Sendiri
Автор: Intel Melayu
Загружено: 2023-12-03
Просмотров: 314675
Kesaksian Seorang Prajurit Komando, Terpaksa Menangkap Kawan Sendiri
Pada 2 Oktober 1965 malam, setelah menduduki Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, pasukan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) diperintahkan Pangkostrad Mayjen Soeharto untuk ditarik. Kemudian diperintahkan lagi mencari para jenderal pimpinan teras Angkatan Darat yang diculik komplotan Gerakan 30 September.
Letjen Purnawirawan Sintong Panjaitan, salah satu pelaku sejarah dalam operasi penumpasan Gerakan 30 September, dalam buku,"Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando," yang disusun Hendro Subroto, menuturkan kesaksiannya. Ketika itu, Sintong Panjaitan masih Letnan Dua dan jadi komandan peleton di Kompi Tanjung dari Yon 3 RPKAD. Kompi Tanjung sendiri dipimpin Lettu Feisal Tanjung.
Dalam buku yang disusun Hendro Subroto, Sintong Panjaitan mengisahkan ketika ia dan pasukan Baret Merah diperintahkan untuk mencari nasib para jenderal yang diculik komplotan G30S PKI. Kata Sintong, operasi pencarian para perwira tinggi dan seorang perwira pertama Angkatan Darat yang diculik difokuskan di Desa Lubang Buaya.
Namun, tempat yang pasti belum diketahui. Tim intelijen RPKAD memperoleh informasi itu dari Agen Polisi Tingkat II Sukitman yang sebelumnya ditangkap oleh G30S/PKI. Pada waktu ditangkap, Sukitman sedang berpatroli di dekat kediaman Brigjen TNI DI Panjaitan di Kebayoran Baru, Jakarta.
Matanya ditutup, lalu dibawa ke suatu tempat dan akhirnya dimasukkan ke dalam rumah yang letaknya tidak ia ketahui. Setelah berhasil melarikan diri, ia akhirnya dihadapkan kepada Komandan RPKAD Kolonel Sarwo Edhie Wibowo di Mako RPKAD di Cijantung.
Ternyata rumah itu terletak di Desa Lubang Buaya, Kecamatan Pondok Gede, Kabupaten Bekasi. Berdasar informasi Sukitman, Lettu Feisal Tanjung diperintahkan agar memusatkan operasinya di daerah itu.
Sebagai tindak lanjut perintah Danyon 1 RPKAD, pada tanggal 3 Oktober tiga peleton Kompi Tanjung bergerak menyisir Desa Lubang Buaya yang cukup luas. Sintong Panjaitan ditugaskan mengamankan sebuah rumah yang digunakan sebagai Markas Pelatihan Kemiliteran sukarelawan dan sukarelawati serta di daerah sekitarnya.
Lettu Feisal Tanjung memerintahkan kepada Sintong, "Tong, di situlah daerah latihan Pemuda Rakyat, BTI, Gerwani, dan ormas PKI lainnya. Di situ kamu periksa semua, karena di tempat itulah mereka disiksa. Kalau mereka dibunuh, juga di sekitar tempat itulah adanya.”
Sintong memerintahkan anak buahnya menyisir dan memeriksa daerah itu dengan teliti. Peleton-peleton lainnya juga melakukan hal yang sama di daerah masing-masing. Salah seorang penduduk Desa Lubang Buaya yang kebetulan berada di tempat itu, mengatakan kepada Sintong bahwa ada tempat yang seperti baru digali dan ditimbun lagi.
Setelah tempat itu digali kembali, ternyata tidak diketemukan tanda-tanda keberadaan jenazah. Kemudian ia menunjukkan tempat lain di bawah pohon yang semula merupakan sumur, tetapi sumur itu telah ditimbun dan disamarkan. Dan tanah gembur itu yang kemudian terinjak oleh Mayor CI Santosa, Komandan Yon 1 RPKAD. Sintong berpikir, "Jangan-jangan para korban yang dicari diceburkan di sumur itu.”
Sintong segera memerintahkan anak buahnya menggali tempat itu. Anggota Peleton 1 melakukan penggalian secara bergantian. Pada kedalaman sekitar dua meter, mereka menemukan timbunan daun-daun yang masih segar, batang pohon pisang dan potongan kain berwarna merah, hijau, dan kuning. Potongan kain itu sejenis dengan kain yang digunakan sebagai tanda oleh Yonif 454/Banteng Raiders dari Jawa Tengah dan Yonif 530/ Raiders dari Jawa Timur.
Salah seorang penduduk yang berada di tempat itu, menawarkan diri akan mencari bantuan penduduk yang dapat membantu menggali. Mereka ialah orang-orang yang biasanya bekerja menggali untuk kuburan. Tawaran itu diterima baik oleh Sintong.
Setelah anggota Peleton 1 menggali sampai pada kedalaman empat meter, maka datanglah empat atau lima orang penduduk yang biasa menggali kuburan untuk membantu. Selanjutnya penggalian dilakukan secara bergantian oleh anggota Peleton 1 dan penduduk yang membantunya.
Setelah penggalian mencapai kedalaman sekitar delapan meter, di lubang sumur itu mulai tercium bau busuk. Walaupun demikian penggalian tetap diteruskan. Tak lama kemudian seorang penduduk yang sedang menggali berteriak-teriak minta ditarik ke atas dengan tali, akibat ia tidak mampu lagi menahan bau yang mengganggu pernapasannya.
Salah seorang anggota Peleton 1 yang kemudian masuk ke dalam sumur, menemukan kaki yang mencuat ke atas. Semua tanah sudah diangkat dan di bawahnya berupa jenazah.
Berkat bantuan penduduk setempat, pasukan RPKAD berhasil menemukan keberadaan jenazah para korban penculikan G30S/PKI. Penemuan keberadaan jenazah itu segera dilaporkan oleh Sintong kepada Lettu Feisal Tanjung, kemudian secara berjenjang ke atas laporan itu sampai ke tangan Mayjen Soeharto.
#komando #kopassus #sejarah
Доступные форматы для скачивания:
Скачать видео mp4
-
Информация по загрузке: