1 Allah Banyak Respon Manusia. Dari Klaim Keunggulan Doktrin ke (buah) Transformasi Moral
Автор: LayarTEOLOGI
Загружено: 2025-06-28
Просмотров: 306
1 Allah Banyak Respon. Dari Klaim Keunggulan Doktrin ke (buah) Transformasi Moral [Belajar dari John Hick]
The New Frontier of Religion and Science
Religious Experience, Neuroscience and the Transcendent - Bab 15-16-
John Hick
Filosofi pluralisme agama yang disajikan dalam sumber-sumber ini didasarkan pada premis bahwa pengalaman keagamaan di seluruh dunia bukanlah semata-mata proyeksi manusia, melainkan juga respons terhadap kehadiran universal realitas transenden. Sumber-sumber tersebut berpendapat bahwa agama-agama dunia, sejauh yang dapat diamati, setara dalam hal buah moral dan spiritual yang dihasilkan dari pengalaman-pengalaman ini, dengan kriteria umum berupa kebaikan moral dan spiritual dalam kehidupan manusia.
Konsep sentral dalam filosofi ini adalah perbedaan fundamental antara Transenden dalam sifat batinnya, yang transcategorial, atau tak terlukiskan, di luar lingkup konsep manusia, dan bentuk-bentuk spesifik di mana realitas transenden ini disadari dan dialami secara manusiawi dalam, tetapi tidak hanya dalam, agama-agama historis. Penulis menyarankan penggunaan istilah seperti 'Realitas Tertinggi', 'Yang Tertinggi', 'Transenden', atau 'Yang Nyata' untuk merujuk pada realitas pamungkas ini, karena kata 'Tuhan' dalam konteks Barat sangat bermakna personal.
Gagasan ini menggunakan distingsi Kant antara 'benda-dalam-dirinya' (thing-in-itself) dan 'penampakan fenomenal' (phenomenal appearance), meskipun Kant sendiri tidak menerapkannya pada agama. Dalam aplikasi ini, Transenden adalah realitas noumenal, yang darinya objek-objek ibadah yang dipikirkan dan dialami manusia adalah manifestasi fenomenal. Konsep ini juga selaras dengan pernyataan Thomas Aquinas, "Hal yang diketahui ada dalam yang mengetahui sesuai dengan mode yang mengetahui".
Sumber-sumber menunjukkan bagaimana berbagai tradisi agama besar menegaskan sifat tak terlukiskan dari yang ilahi:
•
Hindu (Advaita): Membedakan nirguna Brahman (Brahman tanpa atribut) dari saguna Brahman (realitas yang sama sebagaimana dipikirkan dan dialami manusia sebagai Tuhan). Konsep nirguna Brahman sering diungkapkan dengan frasa 'neti, neti' (bukan ini, bukan ini).
•
Buddha (Mahayana): Doktrin Trikaya membedakan dharmakaya (realitas tak berbentuk, Buddha sebagai Absolut) dari dua 'Tubuh' Buddha lainnya yang termanifestasi.
•
Yahudi: Pemikir seperti Maimonides membedakan esensi Tuhan yang tidak diketahui dari manifestasinya. Beberapa pemikir Kabbalis berbicara tentang En Soph (Yang Tak Terbatas) sebagai realitas ilahi di luar deskripsi manusia.
•
Islam (Sufi): Tradisi mistik Sufi juga menegaskan sifat ilahi yang tak terlukiskan, dengan Ibn al-’Arabi membedakan esensi ilahi yang tak terlukiskan dari Tuhan yang dikenal manusia.
•
Kristen: Banyak teolog ortodoks dan mistikus seperti Gregorius dari Nyssa, Agustinus, Thomas Aquinas, Nicholas of Cusa, Meister Eckhart, dan St John of the Cross, menegaskan ketidakterjangkauan Tuhan oleh pemahaman dan bahasa manusia.
Доступные форматы для скачивания:
Скачать видео mp4
-
Информация по загрузке: