Kisah Benny Moerdani dan Sintong Panjaitan

Kisah Benny Moerdani dan Sintong Panjaitan

Dua jenderal Kopassus ini pernah terlunta-lunta tak punya jabatan. Dua jenderal Kopassus yang dimaksud adalah Letnan Jenderal Sintong Panjaitan dan Jenderal Benny Moerdani.

Ya Letjen Sintong yang pernah jadi Komandan Kopassandha atau sekarang Danjen Kopassus, pernah lama luntang lantung tak memegang posisi strategis di TNI. Adalah peristiwa Santa Cruz yang meletus di Kota Dili yang membuat Sintong terlempar dari lingkaran penting di TNI AD. 

Ketika peristiwa Santa Cruz meletus, Sintong Panjaitan sedang menjabat sebagai Pangdam Udayana dengan pangkat Mayjen. Timor Timur atau sekarang Timor Leste dengan ibukotanya Kota Dili adalah wilayah yang jadi tanggung jawab Sintong sebagai Pangdam Udayana.

Namun karena meletusnya peristiwa Santa Cruz yang terjadi di sebuah pemakaman di Kota Dili yang membuat beberapa orang meninggal dunia karena tindakan represif aparat, Sintong pun terseret. Apalagi peristiwa berdarah itu menjadi sorotan dunia internasional.

Setelah peristiwa itu, dibentuk Dewan Kehormatan Militer atau DKM. Sintong diadili sebagai panglima yang punya tanggung jawab di wilayah Timor Timur. Ketika itu, yang jadi Ketua DKM adalah Jenderal Feisal Tanjung, mantan Komandan Kompi Sintong di Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). RPKAD kini bernama Kopassus.

Waktu G30S PKI meletus, Sintong yang merupakan anak buah Jenderal Feisal Tanjung, ikutt terjun langsung di bawah komando Sarwo Edhie Wibowo, Komandan RPKAD menumpas komplotan G30S PKI baik di Jakarta dan Jateng. Feisal Tanjung, mantan Komandan Kompi Sintong di RPKAD kelak jadi Panglima ABRI di era Soeharto.

Hasil sidang DKM yang dipimpin Feisal Tanjung, mencopot Sintong dari jabatan sebagai Pangdam Udayana. Padahal ketika itu karir Sintong sedang moncer. Bahkan ia disebut sebagai jenderal yang punya kans menjadi KSAD dengan seabrek prestasi dan pengalamannya di berbagai medan operasi.

Nama Sintong mulai menjulang kala ia memimpin pasukan anti teror Baret merah membebaskan penumpang pesawat DC Garuda di Bandara Don Muang Thailand pada Maret 1981. Peristiwa pembebasan pembajakan Garuda di Don Muang Thailand dikenal dengan peristiwa Woyla.

Setelah dicopot dari jabatannya sebagai Pangdam Udayana, karir Sintong yang sedang mencorong mandek. Ia lama tak dipercaya menempati posisi strategis di lingkungan TNI khususnya di Angkatan Darat. Apalagi ketika itu santer berhembus isu De-Bennysasi. Sintong dianggap jenderal dari faksi Jenderal Benny Moerdani yang saat itu hubungan Benny dengan Presiden Soeharto  sudah memburuk akibat sang raja Intel berani mengkritik sepakterjang anak-anak Soeharto di dunia bisnis. Karir Sintong pun kian meredup.

Sampai akhirnya, Habibie yang ketika itu masih jadi Menristek menarik Sintong ke kementeriannya sebagai staf ahli.

Kemudian Habibie naik menjadi Wapres. Sintong pun masih dipercaya Habibie. Dijadikannya Sintong sebagai penasehat bidang militer. Pun ketika Habibie naik menjadi Presiden menggantikan Soeharto yang lengser pada 21 Mei 1998, Sintong tetap dipercaya Habibie sebagai penasehat bidang militer Presiden. Terakhir, Sintong Panjaitan pensiun dengan pangkat Letjen  atau jenderal bintang tiga.

Sintong adalah perwira lulusan AMN atau sekarang Akmil tahun 1963. Kawan seangkatannya di AMN salah satunya adalah Jenderal Wismoyo Arismunandar, Jenderal Baret Merah yang pernah jadi Danjen Kopassus dan KSAD.

Jenderal Kopassus lainnnya yang juga pernah luntang lantung tak punya jabatan adalah Jenderal Benny Moerdani, senior sekaligus mantan atasan Sintong. Benny sama seperti Sintong adalah perwira yang dibesarkan di RPKAD atau Korps Baret Merah Kopassus.

Ketika masih berpangkat Mayor dan sedang menjabat sebagai Komandan Batalyon 1 RPKAD, Benny sempat berseteru dengan Komandan RPKAD Kolonel Mung Parhadimulyo karena salah satu kebijakan yang dikeluarkan Mung.

Ketika itu, Mung Parhadimulyo sebagai Komandan RPKAD mengeluarkan kebijakan untuk mengeluarkan prajurit invalid atau cacat karena bertugas di medan operasi untuk tak lagi berdinas di RPKAD. Kebijakan Mung ini ditentang Benny. Benny tak setuju dengan kebijakan komandannya itu.

Sampai akhirnya, perseteruan Benny dengan Kolonel Mung sampai ke telinga Letjen Achmad Yani, Menteri Panglima Angkatan Darat. Benny pun dipanggil menghadap Letjen Achmad Yani di Mabes TNI AD. Sempat berdebat sengit, Benny akhirnya oleh Achmad Yani diperintahkan untuk pindah tugas ke Kostrad yang saat itu dipimpin Mayjen Soeharto sebagai Pangkostrad

#intelmelayu #kopassus #sejarahmiliter #jenderal