Dia Pamer Kekasih Baru, Tapi Aku Masih Menggenggam Separuh Hartanya!

Dia tidak pernah menyembunyikan apa pun.
Setiap kali muncul di depan umum, dia selalu datang dengan pasangan yang berbeda. Senyum percaya diri, tangan saling bergandengan, dan tatapan seolah ingin memberitahu dunia bahwa dia sudah benar-benar bebas. Banyak orang mengira aku sudah kalah, sudah tersingkir, sudah tidak punya posisi apa pun dalam hidupnya.

Namun mereka tidak tahu satu hal penting.

Meski dia membawa satu demi satu kekasih untuk pamer, aku masih memegang sebagian besar aset dan kekayaannya. Kontrak, bisnis bersama, saham, dan keputusan finansial—semuanya masih terikat padaku. Hubungan kami mungkin sudah retak, tapi kepentingan kami belum pernah benar-benar terputus.

Setiap kali aku melihatnya tertawa di samping orang lain, aku tidak marah. Aku juga tidak cemburu secara terang-terangan. Yang ada hanyalah perasaan dingin dan tenang, karena aku tahu posisiku belum sepenuhnya tergantikan. Dunia mungkin melihatnya sebagai pemenang, tapi kenyataannya, dia masih harus berurusan denganku.

Dia ingin lepas, tapi tidak bisa sepenuhnya pergi.
Aku bisa melepaskan segalanya… tapi aku memilih tidak melakukannya.

Bukan karena cinta yang tersisa, melainkan karena harga yang harus dibayar atas semua keputusan yang pernah dia ambil. Setiap langkah pamer yang dia lakukan di luar sana, justru membuat jarak di antara kami semakin tegang. Di balik kemewahan dan senyum yang dipertontonkan, ada perang dingin yang tidak pernah selesai.

Lalu muncul pertanyaan yang tidak pernah terucap:
Apakah hubungan kami benar-benar sudah berakhir, atau ini hanya permainan kekuasaan antara dua orang yang sama-sama tidak mau kalah?

Ini adalah kisah tentang cinta yang berubah menjadi perhitungan, tentang hubungan yang terikat oleh kepentingan, dan tentang bagaimana seseorang bisa tampak bebas di luar, tetapi tetap terjebak oleh masa lalu yang belum dibereskan.