Kukira Aku Kanker, Malah Tidur dengan CEO Dingin—Ternyata Salah Diagnosis!

Saat dokter memberitahuku bahwa aku mengidap kanker stadium akhir, dunia terasa runtuh dalam sekejap. Semua rencana masa depan menghilang. Yang tersisa hanyalah penyesalan dan satu keinginan egois: hidup tanpa menahan diri lagi.

Di saat itulah, aku membuat keputusan paling gila dalam hidupku.

Dia adalah CEO wanita yang terkenal dingin, angkuh, dan tidak pernah membiarkan siapa pun mendekat. Dalam keadaan putus asa, aku mendekatinya tanpa memikirkan konsekuensi. Aku tidak mengejar cinta, tidak mengharap masa depan—aku hanya ingin satu malam tanpa penyesalan.

Dia menerimanya.

Malam itu, tidak ada janji.
Tidak ada kata cinta.
Hanya dua orang dewasa yang sama-sama menyembunyikan kesepian.

Namun keesokan paginya, segalanya berubah.

Dokter menelepon dan mengatakan bahwa hasil diagnosis sebelumnya salah. Aku tidak sakit kanker. Aku sehat. Aku masih punya masa depan. Tapi justru kabar itulah yang membuatku panik.

Aku telah melewati batas.
Aku telah menyentuh hidup seorang wanita yang tidak seharusnya terlibat denganku.

Takut menghadapi konsekuensi, aku memilih kabur. Aku menghilang tanpa penjelasan, membeli tiket pertama, dan berencana meninggalkan kota itu selamanya. Kupikir semuanya akan berakhir di sana.

Aku salah lagi.

Di bandara, saat aku hampir melewati pemeriksaan terakhir, sebuah suara dingin menghentikanku. Saat aku menoleh, dia berdiri di sana—CEO wanita itu, dengan tatapan tajam yang tidak memberi jalan keluar.

“Tidur denganku, lalu kabur?”
“Menurutmu aku akan membiarkan itu begitu saja?”

Di antara kerumunan bandara, masa laluku, kesalahpahaman, dan perasaan yang tidak pernah direncanakan bertabrakan. Ini bukan lagi tentang satu malam. Ini adalah kisah tentang keputusan impulsif, nasib yang mempermainkan manusia, dan hubungan yang dimulai dari kesalahan terbesar.

Satu cerita penuh drama, dewasa, dan ketegangan emosional—
tonton sekali, langsung tamat.